CHEN FAKE
DAN
PENCAPAIAN TERTINGGI
TAICHI
(II)
Chen Fake |
Ketika
Chen Yanxi pulang ke rumahnya setelah beberapa tahun mengajar anak-anak dari
Yuan Shih Kai, dia merasa sangat senang ketika melihat anaknya Chen Fake
mengalami kemajuan yang signifikan dalam kemampuan taichi-nya. Chen Yanxi
kemudian
berjalan ke tengah halaman, memasukkan lengan kirinya ke pergelangan baju yang kanan begitupun sebaliknya. Dia kemudian menyuruh anaknya (Chen Fake) dan keponakan-keponakannya untuk menyerangnya. Ketika ada yang menyentuhnya, dia akan sedikit menggerakkan tubuhnya dan kemudian mereka terdorong jatuh ke tanah. Hong Junsheng (1907-1996) mengatakan bahwa gurunya (Chen Fake) mengatakan: “Aku tidaklah sehebat ayahku, ketika aku menyerang seseorang aku masih perlu menggunakan tanganku.” Peristiwa yang dilakukan ayahnya ini, memberikan inspirasi pada Chen Fake untuk tidak merasa puas dan terus meningkatkan pencapainnya. Menurut Hong Junsheng, akhirnya Chen Fake mencapai kemampuan ini di usia senjanya.
berjalan ke tengah halaman, memasukkan lengan kirinya ke pergelangan baju yang kanan begitupun sebaliknya. Dia kemudian menyuruh anaknya (Chen Fake) dan keponakan-keponakannya untuk menyerangnya. Ketika ada yang menyentuhnya, dia akan sedikit menggerakkan tubuhnya dan kemudian mereka terdorong jatuh ke tanah. Hong Junsheng (1907-1996) mengatakan bahwa gurunya (Chen Fake) mengatakan: “Aku tidaklah sehebat ayahku, ketika aku menyerang seseorang aku masih perlu menggunakan tanganku.” Peristiwa yang dilakukan ayahnya ini, memberikan inspirasi pada Chen Fake untuk tidak merasa puas dan terus meningkatkan pencapainnya. Menurut Hong Junsheng, akhirnya Chen Fake mencapai kemampuan ini di usia senjanya.
Chen
Fake menceritakan pada Hong Junsheng mengenai awal-awal kehidupannya dan
latihannya dalam kungfu taichi. Chen Fake lahir ketika ayahnya sudah cukup tua,
dia adalah satu-satunya anak Chen Yanxi yang masih bertahan hidup karena wabah
yang terjadi, sedangkan saudara-saudaranya yang lain meninggal akibat wabah
tersebut. Pada awalnya dia adalah anak yang manja dan pemalas. Karena sikapnya
itu, dia memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat dan kurang melakukan
latihan. Akibat gaya hidupnya yang buruk tersebut, terdapat gumpalan besar di
perutnya dan kadang terasa sangat sakit sehingga dia akan mengeliat-geliat
menahan nyeri apabila berbaring di atas kasur. Walaupun dia tahu kalau latihan
taichi sangatlah berguna bagi kesehatan dan mungkin akan membantu untuk
menghilangkan gumpalan tersebut, dia menjadi sangat lemah sehingga dia menjauhi
latihan. Karena kesehatannya yang buruk, dia diizinkan untuk tidak ikut latihan
dan pada usia 14 tahun dia masih kurang kemampuannya dalam kungfu taichi akibat
kemalasannya tersebut.
Chen
Fake memiliki seorang sepupu yang tinggal bersamanya pada saat ayahnya masih
mengajar di kediaman Yuan Shih Kai. Sepupunya tersebut sering menemani Chen
Fake, ikut membantunya dalam pekerjaan ladang dan juga ikut menjaga
keluarganya. Dia adalah anak muda yang sehat, kuat dan memiliki perawakan yang
gagah. Dia juga merupakan salah satu praktisi taichi muda terbaik di desanya.
Suatu hari di rumah Chen Fake, setelah makan malam para tetua desanya
berbincang-bincang berbagai hal hingga pada akhirnya para tetua tersebut
membicarakan seni tradisional keluarga (taichi). Beberapa kelompok tetua merasa
kecewa dan mengatakan: “Sudah turun-temurun di Keluarga Chen Yanxi menghasilkan
praktisi taichi terhebat. Sayang sekali jika melihat tradisi ini akan hilang di
generasi Chen Fake. Dia sudah berusia 14 tahun tapi sangat lemah sehingga tidak
bisa mengeluarkan usahanya yang terbaik. Sudah dapat dipastikan kalau di
generasinya tradisi ini akan tamat.” Ketika mendengar percakapan para tetua
tersebut dia merasa sangat malu dan berkata pada dirinya ‘Apapun yang terjadi
aku tidak akan membiarkan tradisi keluarga akan terhenti di tanganku.
Setidaknya aku harus bisa menyusul kemampuan sepupuku.’
Dia
kemudian menyadari ‘Kami makan, tidur, bekerja dan berlatih bersama. Aku
mungkin berlatih keras untuk memperbaiki kemampuanku tapi begitu juga dia.
Bagaimana mungkin aku bisa menyusulnya jika seperti itu kejadiannya?’ Hal ini
terus mengganggu pikirannya, selama berhari-hari dia tidak bisa makan ataupun
tidur dikarenakan hal ini. Di suatu pagi, dia dan sepupunya itu pergi ke ladang
untuk bekerja seperti biasa. Baru setengah jalan sepupunya berhenti dan berkata
kalau dia lupa membawa peralatan ladang. Dia kemudian berkata pada Chen
Fake,Cepatlah pulang ke rumah dan
ambilkan peralatan ladang. Aku akan berjalan pelan hingga aku menyusulmu.’ Chen
Fake langsung menuruti perintah sepupunya tersebut. Pada saat makan siang, Chen
Fake merenungkan kembali perkataan sepupunya tersebut dan hal itu
menginspirasinya sehingga dia menghubungkan hal tersebut dengan rencananya
dalam latihan kungfu taichi-nya. Dia kemudian menyimpulkan kalau dia berlatih
lebih keras dari sepupunya, maka dia akan bisa mengejar kemampuannya.
Sejak
saat itu, Chen Fake memutuskan untuk berlatih lebih keras, tanpa membuat
sepupunya sadar akan usaha lebihnya. Selain latihan dengan sepupunya, dia
melanjutkan latihan di tengah hari ketika sepupunya tidur siang. Dia bahkan
memperpendek tidur malamnya jadi hanya 2 jam untuk digunakan berlatih. Karena
takut sepupunya sadar akan latihannya itu, dia memutuskan untuk tidak beranjak
keluar ketika sepupunya tidur karena takut membangunkan sepupunya itu dan
berlatih di ruang sempit di antara kasur dan dinding kamarnya. Dia memodifikasi
gerakkan-gerakkan kungfu taichi yang menggunakan jhen ziao (gerakkan
menghentak) yang berisik dan mengembangkan gerakkan yang lebih lembut dan lebih
santai untuk dilakukan.
Latihannya
yang luar biasa keras tersebut, terus dia lakukan hingga dia berusia 17 tahun
tanpa sedikitpun sepupunya sadar akan hal tersebut. Apabila melakukan tuisho
(latihan sensitivitas berpasangan dalam taichi) dia selalu melakukan latihan
dengan pamannya, tapi dia tidak berani latihan dengan sepupunya yang
kemampuannya jauh di atasnya. Sepupunya selalu serius apabila melakukan latihan
tuisho dan kadang mencederai kawan latihannya. Sepupunya sering berkata:
“Latihan kungfu itu harus dilakukan secara serius. Kau tidak boleh
menganggapnya remeh hanya karena kau berlatih dengan orang yang kau kenal.
Sekali kau menganggap remeh maka hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan hal
itu akan menjadi senjata makan tuan ketika berhadapan dengan musuh.” Bahkan
jika sepupunya berlatih dengan sepupunya yang lain, dia tidak akan menahan
kekuatannya. Seringkali partner latihannya terlempar begitu keras hingga
akhirnya terluka dan keluar darah.
Hong Junsheng |
Setelah
3 tahun latihan kerasnya, benjolan pada perut Chen Fake menghilang dan tingkat
kesehatannya meningkat. Kekuatan dan kesehatannya menjadi normal untuk anak
seusianya, sementara kemampuan kungfunya meningkat tanpa ada yang menyadari.
Suatu hari, dia memberanikan diri mengundang sepupunya untuk melakukan tuisho.
Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuannya setelah 3 tahun
latihan kerasnya. Sepupunya tertawa dan berkata,’Hampir semua pemuda di
keluarga kita telah merasakan kemampuanku kecuali seorang (Chen Fake).
Sebelumnya kau terlalu lembut dan tidak berani melakukan tuisho denganku.
Sekarang kau lebih kuat dan lebih sehat, kau tentu bisa serangan dan
lemparanku. Inilah saatnya kau merasakan kemampuanku.’Setelah itu, Chen Fake
dan sepupunya langsung mengambil posisi. Sepupunya mencoba tiga kali untuk maju
dan mendorong Chen Fake dengan fajing (tenaga ledakan) namun di tiap
serangan tersebut, Chen Fake mampu mengembalikannya. Pada saat mencoba melempar
Chen Fake yang ketiga kalinya, sepupunya curiga kalau kemampuan Chen Fake sudah
melampauinya, namun dia masih belum yakin. Dia merasa kesal atas kekalahannya
tersebut kemudian meninggalkan tempat sembari berkata: “Setiap generasi dari
keluargamu berhasil menghasilkan para ahli kungfu taichi yang luar biasa. Hal
itu mungkin karena di keluarga kalian terdapat teknik rahasia yang diturunkan
secara turun temurun mengenai ilmu ini (taichi). Bahkan orang yang tidak punya
harapan sepertimu pun sekarang mampu mengalahkanku. Tidak ada gunanya bagi aku
dan keluargaku mempelajari kungfu ini jika kami tidak mengetahui teknik rahasia
tersebut.”
Chen
Fake berkata pada Hong Junsheng,’Sebenarnya, ayahku belum pulang ke rumah
selama 3 tahun, jadi bagaimana mungkin dia mengajarkan teknik rahasia kepadaku.
Kemampuanku murni berdasarkan kerja keras selama 3 tahun.”
Melalui
peristiwa ini, kita bisa melihat betapa pentingnya yang dinamakan latihan
keras. Dengan latihan yang konstan dan rajin kekuatan kita akan meningkat drastis dan
kemampuan kita akan terasah. Dari cerita kita tidak boleh menyimpulkan kalau di
dalam taichi tidak ada rahasia, namun lebih kepada kalau rahasia tersebut tidak
begitu penting. Memang benar kalau ayahnya Chen Fake tidak sedikitpun
mengajarkan padanya rahasia karena dia tidak di rumah selama 3 tahun. Tetapi,
selama periode ini Chen Fake menjadi lebih sadar akan prinsip, metode dan
ketentuan latihan, dia hanya berupaya keras untuk melatihnya. Terlebih lagi,
dia selama 3 tahun latihan dengan pamannya yang sudah diajari mengenai ilmu-ilmu
taichi dan lebih ahli. Mengklaim tidak adanya rahasia pada taichi itu sama saja
dengan menyatakan kalau Chen Fake tidak mengetahui prinsip dan teknik dari
Taichi. Hasil yang dicapai oleh Chen Fake bukan hanya didasarkan kerja keras
namun juga prinsip yang benar. Hong Junsheng mengatakan:’Kita harus melatih
taijiquan dengan cerdas, kita harus menggunakan otak kita. Hal pertama yang
kita lakukan adalah belajar dengan benar, setelah itu baru kita belajar dengan
keras.’
0 komentar:
Post a Comment