LIU MUSAN
BELAJAR TAICHI ALIRAN CHEN
BERSAMA MURID-MURIDNYA
Ilustrasi tuisho |
Ketika
Hong Junsheng masih muda, kesehatannya tidak terlalu baik. Pada tahun 1930, dia
belajar Taichi aliran Wu kepada Liu Musan untuk memperbaiki kesehatannya
tersebut. Liu Musan merupakan salah satu murid senior dari pendiri Taichi
aliran Wu yaitu Wu Jianquan (1870-1942). Setelah berlatih lebih dari 30 tahun,
Liu Musan menjadi salah satu ahli kungfu terbaik di Beijing. Pada waktu itu,
dia berusia 50 tahun dan bekerja sebagai supervisor pelayanan di Perusahaan
pengiriman telegraf. Setiap pagi 20 hingga 30
muridnya akan berkumpul untuk
belajar taichi di rumahnya. Liu merupakan orang yang terpelajar dan lama
menuntut ilmu di Perancis. Dia menjelaskan berbagai teori dengan baik, sangat
terampil dalam memberikan pelajaran, dan benar-benar menuntut harapan tinggi terhadap
pencapaian para muridnya. Kemampuan Liu pada waktu itu (dalam Taichi),
tergolong sangat tinggi menurut Hong dan para murid yang lain. Tubuhnya
kelihatan kekar dan berisi, namun gerakannya sangatlah cepat dan lincah,
ringan, stabil dan elegan saat melakukan jurus-jurs Taichi dan jurus-jurus
pedang. Kemampuannya dalam melakukan tuisho (latihan berpasangan untuk
merasakan kelemahan energi lawan), lawannya tidak akan bisa menjaga
keseimbangannya baik itu saat dia melakukan jin (energi) ringan ataupun
berat. Ketika dia mengajarkan Niang Jin (energi menempel), dia akan
memberitahu murid-muridnya supaya berdiri dengan kuda-kuda stabil, dia kemudian
akan tiba-tiba berusaha mendorong dengan fa jin (energi ledakan) dan
menghentikannya sebelum fa jin-nya mencapai dada. Ketika hal ini
dilakukan, murid-muridnya langsung rusak keseimbangannya seolah-olah mereka merasa
kalau tubuh mereka sedang dihisap dan dirobohkan. Ini adalah teknik yang
memanfaatkan reaksi dari tubuh lawan. Liu lebih memilih berlatih taichi sepelan
mungkin, supaya dia bisa mencapai tingkat gerakan “pelan namun berkelanjutan”.
Setelah
Hong belajar pada Liu selama kurang lebih 6 bulan, artikel yang terdapat pada
koran Beijing menarik perhatiannya dan perhatian Liu. Koran tersebut berisi
sebagai berikut:”Yang Xiao-lu aktor terkenal di Opera Beijing, mempelajari
Taichi aliran Chen dari Chen Fake yang berasal dari Desa Chen.” Ketika membaca
berita tersebut, mereka tertarik untuk mempelajari Taichi aliran Chen mengingat
Yang Luchan belajar Taichi di Desa Chen. Akhirnya, Liu mmemutuskan untuk
mengundang Chen Fake ke rumahnya untuk berdiskusi tentang Taichi.
Pada
saat itu, Chen Fake berusia 42 tahun. Setelah menyapa Liu dan para muridnya,
dia melepaskan mantel yang dia kenakan supaya bisa melakukan demonstrasi jurus
di halaman. Masing-masing murid memiliki persepsi bahwa semakin pelan jurus
dilakukan maka semakin hebat kemampuannya, maka masing-masing murid
mempersiapkan dirinya untuk melihat demonstrasi jurus tersebut, jika
demonstrasi tersebut berjalan lebih dari 1 jam. Namun ternyata apa yang mereka
sangka jauh di luar dugaan mereka. Chen Fake melakukan 2 buah jurus kurang dari
20 menit. Tidak hanya gerakannya lembut, namun terdapat gerakan-gerakan zhen
jiao (menghentakan kaki), lompatan dan fajin dengan suara keras di setiap
gerakannya. Setelah Chen Fake selesai mendemonstrasikan jurus dan pulang, terjadi
keributan di para murid Liu “Taichi membutuh syarat untuk melangkah seperti
kucing (maksudnya lembut dan hati-hati) dan menyalurkan jin haruslah
seperti menggulung bengan dari kepompong ulat sutra. Gerakan cepat seperti itu
tentunya hanya akan menghancurkan benang sutra. Dengan gerakkan seperti itu
bahkan debu dan pasir berjatuhan dari atap, tidak sedikitpun seperti langkah
kucing.” Liu kemudian menjawab kekhawatiran para muridnya. “Biarpun gerakannya
cepat, mereka semua bergerak dengan gerakkan melingkar (sirkular). Walaupun
banyak peragaan fa jin yang dilakukan, semuanya dilakukan dalam keadaan
rileks dan tidak tegang. Lihat saja tangannya, ototnya tidak kelihatan tegang
sedikitpun. Ini pastilah kungfu tenaga dalam. Karena kita sudah mengundangnya
kemari, kita lebih baik belajar darinya. Setelah kita menyelesaikan latihan
jurus darinya, maka aku akan melakukan latihan tuisho dengannya. Jika
kemampuannya lebih baik dariku, maka kita akan melanjutkan belajar darinya.
Dengan begitu, kita tidak akan menghabiskan banyak uang.” Sejak saat itu, tiap
orang menyumbangkan 2 dollar per bulan, dengan 30 orang jumlah keseluruhan
didapatkan 60 dollar. Dengan begitu, Chen fake bersedia mengajarkan mereka 3
kali seminggu.
Master
Liu, sering menginstruksikan para muridnya untuk meluruskan dadanya. Membungkuk
ke depan ataupun ke belakang sangatlah dilarang karena hal ini akan
menghancurkan jin yang berada di pinggang. Langkah harus dilakukan
antara langkah yang umum dengan yang khusus dengan kondisi tubuh stabil. Mereka
kemudian melakukan tuisho setelah salah satu jurus Taichi aliran Chen
tersebut berhasil diselesaikan. Hong dan para murid yang lain menyangka kalau
Liu setara dengan Chen kemampuannya. Namun, secara tidak terduga, perbedaan
antara mereka begitu jauh sehingga para murid terkejut. Di hadapan Chen, Liu
seperti bocah berumur 2 tahun dan hampir tidak bisa mengontrol tubuhnya
seolah-olah dia sedang berada di cengkeraman Chen. Tubuhnya akan condong ke
depan saat Chen tarik, dan condong ke belakang saat Chen mendorongnya. Jin di
pinggangnya benar-benar hancur dan langkahnya benar-benar kacau pada waktu itu.
Sikut dari Liu terkilir pada waktu itu akibat tarikan Chen, dan rasa sakitnya
belum hilang selama lebih dari 1 bulan bahkan setelah diberikan obat oles.
Melihat hal ini, tidak ada seorangpun murid yang berani berlatih tuisho dengannya.
Melihat hal ini, Chen Fake tertawa dan berkata,”Luka itu disebabkan oleh
ketidakhati-hatianku karena tidak menyadari kalau Liu memiliki Ding Jin (kekuatan
perlawanan). Tenanglah dan cukup ikuti semua gerakkan. Aku akan lebih hati-hati
dan semuanya akan baik-baik saja. Benar-benar hal yang salah melukai partner
latihan kita saat melakukan tuisho. Liu dan para muridnya merasa lebih nyaman
dan kemudian melanjutkan latihan mereka pada Chen Fake.
0 komentar:
Post a Comment