DEMONSTRASI KUNGFU SEBELUM
MENINGGALKAN KAMPUNG HALAMAN
Chen
Fake menceritakan mengenai kenapa dia sampai bisa mengajar Taichi di Beijing.
Keponakannya Chen Zhaopi (1893-1972) memiliki bisnis mengantarkan
tumbuhan-tumbuhan obat dari kampung halamannya ke Beijing (dulu disebut Beiping).
Taichi yang paling sering dipelajari di Beijing adalah Taichi aliran Yang.
Hampir setiap orang di Beijing tahu kalau pendiri Taichi aliran Yang yaitu Yang
Luchan belajar di Desa Chen (Chen Jiagou). Beberapa orang-orang Henan yang
tinggal di Beijing sangatlah senang saat mendengar kalau
Chen Zhaopi berasal dari Desa Chen dan seringkali datang ke Beijing. Mereka kemudian mengundangnya sebagai tamu kehormatan (Hal ini sangatlah lumrah mengingat Desa Chen telah memberi kebanggaan pada Provinsi Henan) dan mengajar beberapa murid di sana. Ketika Wei Dao Ming walikota Nanjing (ibukota pada saat itu) mengetahui hal ini, dia langsung mengirimkan sejumlah insentif dengan jumlah yang besar supaya Chen Zhaopi bisa pergi dan mengajar di Nanjing. Chen Zhaopi merasa bimbang, apakah dia harus pergi ke Nanjing untuk tambahan uang, ataukah tetap tinggal sehingga bisa mempertahankan dan memperkokoh hubungan dengan murid-muridnya yang baru sedikit belajar darinya. Dia kemudian berhasil memecahkan masalah ini dengan memberitahu murid-muridnya kalau dia belajar dari paman ke-3 nya yang kemampuannya jauh lebih hebat daripada dirinya dan pamannya saat ini dikatakan memiliki waktu luang banyak. Maka dengan keputusannya itu, diundanglah Chen Fake ke Beijing untuk meneruskan tugas mengajar Taichi yang sebelumnya dilakukan oleh Chen Zhaopi.
Chen Zhaopi berasal dari Desa Chen dan seringkali datang ke Beijing. Mereka kemudian mengundangnya sebagai tamu kehormatan (Hal ini sangatlah lumrah mengingat Desa Chen telah memberi kebanggaan pada Provinsi Henan) dan mengajar beberapa murid di sana. Ketika Wei Dao Ming walikota Nanjing (ibukota pada saat itu) mengetahui hal ini, dia langsung mengirimkan sejumlah insentif dengan jumlah yang besar supaya Chen Zhaopi bisa pergi dan mengajar di Nanjing. Chen Zhaopi merasa bimbang, apakah dia harus pergi ke Nanjing untuk tambahan uang, ataukah tetap tinggal sehingga bisa mempertahankan dan memperkokoh hubungan dengan murid-muridnya yang baru sedikit belajar darinya. Dia kemudian berhasil memecahkan masalah ini dengan memberitahu murid-muridnya kalau dia belajar dari paman ke-3 nya yang kemampuannya jauh lebih hebat daripada dirinya dan pamannya saat ini dikatakan memiliki waktu luang banyak. Maka dengan keputusannya itu, diundanglah Chen Fake ke Beijing untuk meneruskan tugas mengajar Taichi yang sebelumnya dilakukan oleh Chen Zhaopi.
Guru
Taichi aliran Chen yang mengajarkanku (maksudnya pengarang tulisan ini) jurus “bingkai
kecil” yaitu Chen Liqing (lahir tahun 1919, generasi ke 19 dari Keluarga Chen)
telah menceritakan kepadaku mengenai insiden yang berhubungan dengan Chen Fake.
Chen Liqing adalah satu-satunya perempuan di keluargannya. Di desanya dia
dijuluki Sai-Nan yang berarti bersaing dengan laki-laki. Saat masih
gadis, dia biasa memanjat pohon melewati tembok dan menaiki atap rumah. Dia
memiliki keberanian jauh lebih tinggi daripada anak laki-laki kebanyakan.
Ayahnya Chen Honglie merupakan salah satu ahli Taichi (jurus bingkai kecil) di
Desa Chen. Walaupun dia satu generasi lebih muda daripada Chen Fake di dalam
Keluarga Chen, usianya hanya berbeda 2-3 tahun darinya. Keduanya lahir di
tanggal, dan bulan yang sama.
Ketika
Chen Liqing berusia 9 tahun, dia dan ayahnya secara kebetulan bertemu Chen Fake
di jalan. Chen Fake kemudian menyebutkan kalau dia akan pergi ke Beijing untuk
mengajar, sehingga dia berencana kalau nanti sore dia akan mengumpulkan
murid-muridnya dan sanak keluarganya di Kuil Keluarga Chen untuk melakukan
pesta perpisahan dan latihan taichi. Chen Liqing tahu kalau dia terlalu muda
untuk menyaksikan pesta perpisahan tersebut. Supaya dia bisa melihat pesta
tersebut, dia kemudian memanjat pohon di belakang kuil, lalu masuk melewati
tembok, kemudian menyembunyikan dirinya di bawah meja altar sebelum orang-orang
dewasa datang di sore hari. Setelah pesta dimulai, murid-murid Chen Fake
langsung melakukan demonstrasi kungfu Taichi. Tidak lama kemudian Chen Fake
sendiri ikut memperformakan jurus Taichi.
Ketika
Chen Fake melakukan demonstrasi, hentakkan kakinya membuat debu dan pasir jatuh
dari genteng rumah dengan suara seperti meretakkan atap. Fa Jin (kekuatan
ledakan) yang dia lakukan membuat api-api lentera yang ada di sekelilingnya
bergetar hebat. Sebagai latihan akhir, dia kemudian melakukan tuisho dengan
murid-muridnya. Dengan menggunakan fa jin, muridnya dipentalkan satu persatu
hingga mereka menubruk tembok dan jatuh. Satu-satunya demonstrasi Chen Fake
yang pernah dia lihat tersebut benar-benar membuat dia sangat terkesan. Dia
tidak pernah melihat seorangpun di desanya bisa melakukan performa hingga
seperti itu. Bahkan ayahnya sendiripun tidak bisa melakukan hal tersebut. Hal
itu dikarenakan Chen Fake tidak hanya melakukan latihan jurus Xiao Jia (bingkai
kecil) namun juga melatih jurus Da Jia (bingkai besar). Ayahnya
sendiripun mengakui kalau Chen Fake merupakan praktisi Taichi terbaik di
desanya saat ini. Dia juga menceritakan dari generasi Chen Chanxing hingga generasi
Chen Fake, silsilah keturunan mereka merupakan ahli Taichi terhebat dengan
ahlak dan moral yang tinggi.
0 komentar:
Post a Comment