FU ZHENSONG
Fu Zhensong |
Fu Zhensong
alias Fu Chien Kwan dilahirkan di Desa Ma Po di Provinsi Henan. Pada awalnya
dia belajar di sebuah sekolah kungfu kecil di Chenjiagou sehingga beladiri
kungfu paling awal yang dia pelajari adalah Taichi aliran Chen. Untungnya, di
sana dia belajar langsung dari Chen Yen Hsi (Hwei Jia). Chen Yen Hsi ini
merupakan Master generasi ke-8 dari desa Chen Jiagou. Yang Lu
Chan merupakan
Paman gurunya. Fu juga belajar kungfu Baguazhang dari Jia Fengming (Qishan).
Jia Fengming sendiri merupakan salah satu murid terbaik Dong Haichuan. Setelah 10 tahun, gurunya Jia Fengming
menyarankannya untuk memperbaiki kemampuannya dengan berguru langsung ke
Beijing. Di sana dia melanjutkan belajar pada Ma Gui dan Cheng Tinghua,
keduanya merupakan murid dari Dong Haichuan.
Pada
tahun 1900, dia kembali ke desanya untuk mengajar kungfu di sana. Di sana dia
menjadi terkenal setelah berhasil mengalahkan sekelompok besar perampok hanya
dengan menggunakan tongkat besi. Pada tahun 1911, Fu Zhensong menjadi pengawal
karavan pengiriman barang atas permintaan Perusahaan Pelayanan Perlindungan Kai
Kung Hsin Shan.
KARIR
DI MILITER
Pada
tahun 1920, Fu bergabung dengan ketentaraan pusat. Kemudian, komandan brigadir
Li Jinglin (yang kemudian menjadi jenderal) menjadikan Fu komandan dari 100
orang ahli kungfu setelah dia mendemonstrasikan jurus tinju harimau, tinju
macan tutul, tinju terhubung, jurus angin
puyuh Bagua dan Tombak Bagua 4 sisi. Li Jinglin sendiri pernah belajar ilmu
pedang dari Sung Wei-I dan dengan begitu, Li mengajarkan Fu Zhensong
teknik-tekniks berpedang. Pada tahun 1926, para pasukan tersebut dikirimkan ke
Beijing. Saat melakukan demonstrasi kungfu, Li si Dewa Tombak (Li Shuwen)
berduel dalam duel persahabatan dengan Fu. Li menggunakan tombak 6 harmoni
miliknya, sementara Fu menggunakan tombak 4 sisi miliknya. Pertandingan
tersebut berakhir dengan seimbang, hal ini membuat Fu semakin terkenal dan
reputasinya meningkat. Baik itu Fu dan
Li saling bertukar kemampuan dan strategi ilmu tombak mereka setelah
pertandingan selesai. Fu Zhensong kemudian menikah dengan Han Kungru seorang
ahli kungfu dan tombak yang hebat, ayah Han Kungru sendiri merupakan ahli
kungfu terkenal.
Jenderal Li Jinglin |
Di
Beijing, Fu bertemu dengan banyak sekali ahli kungfu terkenal seperti Sun
Lutang, Yang Chengfu, dan banyak ahli kungfu yang lain. Perkenalannya dengan
ahli kungfu lain berlanjut setelah Institut Pusat Guosho (Nanjing Guoshoguan)
didirikan di Nanjing. Setelah persaingan yang berjalan alot, Fu Zhensong
kemudian dijadikan Kepala Pelatih Baguazhang. Dia memfokuskan pelatihannya pada
langkah-langkah cepat dan latihan kekuatan pinggang. Di sinilah Fu Zhensong
mengajarkan Sun Lutang teknik pedang wudang dan sebagai gantinya, Sun Lutang
mengajarkan Fu xingyiquan dan Taichi aliran Wu/Hao.
Pada
tahun 1928, atas prakarsa Jenderal Li Jinglin, Institut Guosho mengutus Fu
Zhensong ke selatan bersama keempat ahli lain untuk mengajar di Guangzhou. Fu
Zhensong kemudian dijadikan kepala sekolah. Keempat master yang lain adalah Gu
Ru Zhang, Wang Shou Chou, Wan Lai Sheng, dan Li Hsien Wu. Peristiwa ini disebut
“5 Harimau menuju ke selatan Jiangnan”. Kelima orang tersebut seringkali
ditantang oleh ahli-ahli kungfu Selatan, namun mereka yang menantang selalu
dikalahkan.
Pada
tahun 1937, terjadi perang Cina-Jepang kedua. Demi keselamatan keluarganya, Fu
pindah ke pedalaman yang lebih aman. Dia kemudian pergi ke selatan untuk
mengajarkan tentara Cina supaya memperoleh kemenangan dalam perang tersebut.
Pada
tahun 1945 setelah perang usai, Fu mulai mengajar di beberapa sekolah di
Guangzhou. Dia memberikan dukungan penuh pada Sun Yat Sen untuk kembali
menyatukan Cina walaupun usaha tersebut gagal. Dia kemudian memfokuskan dirinya
untuk mengembangkan Wudangquan aliran Fu.
Pada
tahun 1953, eksibisi beladiri kungfu diadakan di Taman Budaya Kanton
(Guangzhou). Ribuan orang memenuhi taman hingga gerbang masuk tidak dimasuki
akibat sesaknya orang-orang. Di keramaian tersebut, Fu kemudian
mendemonstrasikan jurus naga. Setelah demonstrasi selesai, para penonton
kemudian meminta Fu kembali mendemonstrasikan kemampuannya. Dia memenuhi
permintaan penonton, dengan jurus tersebut diperagakan sangat cepat, lebih
cepat dan jauh semakin cepat. Mengenai hal ini, koran lokal menyebutkan setelah
performa tersebut,”kata-kata tidak bisa menjelaskan bagaimana cepatnya dia
melakukan jurus tersebut”. Peragaan jurus yang dia lakukan ini, membuatnya
lelah dan membuat kesehatannya menurun drastis. Pada malamnya, Fu meninggal di
rumah sakit lokal. Dia percaya akan inovasi konstan dan terus memperbaiki diri.
Berbagai jurus yang dia ciptakan mengekspresikan hal ini. Mengkombinasikan
antara hal-hal berguna dan prinsip praktis berbagai kungfu yang dia pelajari,
dan maju dari hal yang sederhana ke hal yang rumit sedikit demi sedikit.
0 komentar:
Post a Comment