MA YINGTU
‘MA SI TANPA AMPUN’
‘MA SI TANGAN KILAT'
Ma
Yingtu (1898-1956) berasal dari Yangshiqiao di Changzou. Beliau merupakan
instruktur beladiri profesional. Dia juga memiliki nama lain yaitu Ma Jianxun (beberapa
menyebutnya Ma Jianxiong). Saat masih kecil, beliau belajar baji dan pigua dari
kakaknya Ma Fengtu. Walaupun dia masih kecil, dia memiliki tubuh yang tegap dan
berisi, keberaniannya terkenal di kampung halamannya yang hanya terletak 2 km
dari salah satu pusat baji yaitu Desa Luotuan. Pada tahun 1904, kedua Ma (Ma
Yingtu dan Ma Fengtu) menjadi murid
Zhang Gongchen. Melalui Zhang Gongchen,
mereka belajar liu da kai (6 pembuka besar), 8 teknik besar (ba da
zhao), dan liuhe daqiang (tombak 6 harmoni). Kedua Ma menjadi tudi
dari Zhang Gongchen yang pada saat itu sudah berusia lanjut. Ma Yingtu yang
saat itu berusia 8 tahun, merupakan murid favorit Zhang Gongchen. Selain itu,
dia mendapatkan petunjuk dan ilmu dari shixiong-nya (kakak seperguruan) Zhang
Yuheng, Han Huiqing dan Ma Fengtu. Selain itu dia juga mendapatkan petunjuk
dari gurunya Li Shuwen sendiri yaitu Huang Shihai sehingga kemampuannya
meningkat drastis dalam waktu singkat. Pada tahun 1910, saat beliau
mendemonstrasikan bajiquan di Tianjin Wushu Hui (Asosiasi Pendekar Tianjin), Li
Shuwen memujinya dan mengatakan,”Anak ini bahkan menggunakan dingba jin (energi
menekan ke atas) dia akan menjadi bakat yang pantas untuk dilihat.” Apa yang diprediksikan Li kemudian menjadi
kenyataan. Ma Yingtu sangatlah kuat dan sangat menyukai pertarungan. Teknik-tekniknya
sangat cepat dan efektif sehingga Ma dijuluki Ma Si Tangan Kilat dan Ma Si
Tanpa Ampun (Ma Henzi).
Pada
tahun 1924 milisi dari di bawah Feng Yuxiang dan milisi di bawah Li Jinglin
bertempur pada Peperangan Langfang. Atas perintah Zhang Zhijiang yang merupakan
commander in chief dari milisi Feng Yuxiang, Ma Yingtu memimpin korps
berani mati yang kebanyakan meerupakan anak-anak muda asal changzou yang
bersenjatakan pedang dan pistol laras pendek (handgun) dan berhasil
membersihkan medan yang menyebabkan
tentara utama sukses menyerang Tianjin. Dia kemudian memperoleh penghargaan
dari Feng atas usahanya. (Hal ini menarik, mengingat walaupun Jenderal Zhang
Zhijiang dan Jenderal Li Jinglin merupakan musuh dalam pertempuran ini, namun
beberapa tahun kemudian mereka bersama-sama mendirikan Institut Guoshugua dan
mengadakan Kompetisi Leitai Seluruh Cina pada tahun 1928).
Pelatih
beladiri lain di pihak milisi Feng tidak merasa terkesan dengan kemampuan Ma,
dia kemudian menantang Ma dalam pertarungan pedang. Keduanya kemudian
berkompetisi dan memulai dengan berdiri dengan jarak sepuluh meter dengan
masing-masing menggunakan pedang kayu dengan penantang Ma tersebut menggunakan protective
gear (pakaian pelindung). Jenderal Feng Yuxiang kemudian mengatur
pertandingan dan membuat peraturan bahwa pertandingan dimulai dengan tiupan
peluit. Wasit bahkan belum selesai meniup peluit ketika Ma Yingtu berhasil memperpendek
jarak dan mengirimkan tiga pukulan ke kepala penantangnya, membuat penantangnya
pingsan.
Ketika
ditempatkan di Tianjin, Ma secara tidak sengaja berhadapan dengan geng lokal
ketika dia menggunakan kungfunya untuk menolong pejalan kaki. Lebih dari 100
orang penjahat mengelilingi Ma namun dia tetap tenang dalam kondisi tersebut.
Para penjahat tersebut terlempar satu persatu tanpa mampu mendekati Ma. Dalam
pertarungan tersebut, Ma bertarung dari ujung jalan satu ke ujung jalan lainnya
sehingga ada perkataan Ma kedua (Ma Er Ye) menghajar seluruh jalan.
Jenderal Zhang Zhijiang penemu Institut Guoshu Nanjing |
Pada
tahun 1927, Ma dalam penyamarannya sebagai perwira militer dari tentara barat
laut, beliau mengiringi Zhang Zhijiang ke Nanjing untuk mendirikan Institut Penelitian
Nanjing Guoshuguan. Nanjing Guoshuguan secara resmi didirikan dengan Ma Yingtu ditetapkan
sebagai Kepala Divisi Shaolin. Secepatnya Ma kemudian bersiap untuk Kompetisi
Pertarungan Leitai Seluruh Cina. Untuk mengetes persiapan berbagai aturan
pertarungan yang dipakai dalam kompetisi tersebut, institut mengadakan
kompetisi pertarungan baik itu dengan senjata ataupun dengan tangan kosong.
Dalam pertarungan tersebut, Ma mengalahkan banyak master terkenal sehingga dia
mendapat reputasi sebagai perwakilan dari ‘master yang sesungguhnya’ (sebagai
kebalikan dari master yang berada di sana karena koneksi). Saat upacara
penutupan kompetisi leitai seluruh Cina, Ma Yingtu bersama dengan Liu Pixian
dan yang lainnya, mendemonstrasikan sparring menggunakan tombak dan pedang di
hadapan orang-orang terkemuka seperti Chiang Kaisek (setelah kalah dari
Mao Zedong menjadi Presiden Taiwan
pertama), Lin Sen dan Dai Jitao dan memperoleh begitu banyak pujian.
Setelahnya, Ma mengajar bajiquan, piguazhang, Miao Dao, Feng Mo Gun (Tongkat
Setan), dan tombak untuk kelas pengajar.
Di
hari awal berdirinya Institut, ada 2 orang ahli kungfu terkenal yang dikenal
dengan julukan ‘kepala besi’ dan ‘tangan besi’ dan menantang master yang ada di
sana. Para instruktur menyarankan Ma untuk meladeni tantangan mereka. Ma
kemudian menyanggupinya dan mengalahkan mereka berdua dengan mudah sehingga
menyelamatkan ‘muka’ dari institut. Di institut, Wei Hongbin dan Zhao Ronglin
(murid Han Huachen) belajar piguazhang dari Ma.
Ketika
Jepang menginvasi Cina, Ma ditetapkan sebagai pelatih beladiri dari para
perwira militer dari para milisi di bawah Jenderal Liu Ruming dan Song Zheyuan. Da Dao Dui (unit
pedang) yang Ma latih sangat ditakuti oleh Jepang dan turut berperan penting
dalam usaha Cina membebaskan diri dari invasi tersebut. Pada tahun 1949, Ma
ikut bagian dalam Revolusi Beijing namun kemudian didemobilisasi dikarenakan
sakit. Kemudian dia bekerja sebagai petani di Jingchuan di Provinsi Ganshu. Ma
Yingtu merupakan orang yang tegas dan berani, seluruh muridnya mengingatnya dengan
rasa syukur. Fakta bahwa dia mengakhiri hari-harinya dengan kemiskinan dan
ketidakjelasan sungguh merupakan sebuah tragedi.
0 komentar:
Post a Comment