“TELAPAK
BESI”
HAN
HUACHEN
Han Huiqing dikenal
juga sebagai Han Huachen guru beladiri profesional yang berasal dari Desa
Luotuan dekat Changzou (Chang sa). Dia sangat kuat. Saat masih muda dia
belajar kungfu bajiquan dan piguazhang
kepada Zhang Gongchen (alias Zhang Jingxing). Untuk mempermudah proses
pembelajarannya dalam beladiri, dia ke dalam keluarga Zhang dan menjadi salah
satu murid sesungguhnya (indoor disciple) dari Zhang.
Han berlatih siang dan
malam hingga pukulan telapak tangannya pada tembok batu bata akan menyebebkan
batu bata yang di pukulnya keluar 2 inci dari tempatnya. Di tengah tiang tempat mengikat sapi
terdapat lubang yang berbentuk kotak, Han menggunakan telapak tangannya dapat
menyebabkan tiang tersebut pecah terbagi 2 dengan tempat pecah di lubang
berbentuk kotak tersebut. Saat berlatih teknik piguazhang ‘harimau lapar
menerkam’ telapak tangannya yang kanan
akan memukul balok es dan kemudian beliau memutar badannya dan kemudian menyerang
menggunakan telapak tangannya yang kiri. Dengan melakukan hal tersebut, dia
sanggup membuat balok es tersebut pecah berkeping-keping sehingga dia
dijuluki Han si ‘telapak besi’. Han, sangat keranjingan dalam latihan memukul
lumpur sembari melakukan kuda-kuda mabu. Dalam latihannya, Han akan menempatkan
lumpur pada sebuah bangku yang terbuat dari kayu. Kemudian beliau secara teratur akan berlatih memukul lumpur pada
kayu tersebut selama 2 jam setiap kali beliau latihan. Beliau bahkan
menggunakan chuang bu (teknik langkah bajiquan) untuk berpindah saat
melakukan pekerjaan ladang. Hal ini
mengakibatkan pinggang dan kua yang dimilikinya sangat fleksibel.
Setelah Han menyelesaikan latihannya, dia melakukan perjalanan dengan ‘Dewa
Tombak’ Li Shuwen. Li Shuwen akan melakukan latihan pagi mengelilingi tenbok
kota tua Beijing (20 km) setiap pagi menggunakan ‘langkah bangau’ bajiquan (Lu
Fu He Xing) yang menunjukkan kalau jalan cepatnya (shen xing) sudah
mencapai tingkat yang sempurna. Suatu hari, Han mengikuti Li melakukan ‘langkah
bangau’. Pada akhirnya, dia tertinggal jauh di belakang Li, namun berhasil
menyelesaikan satu putaran berarti prestasi yang hebat. Hal ini membuat Li Shuwen
sendiri memuji kemampuannya. Han tidak mencapai level yang sama dengan Li
Shuwen dan Wang Zhongquan. Namun di dalam komunitas kungfu bajiquan dia sudah
dianggap sebagai master kelas atas.
Pada kompetisi leitai
tersebut, Han berhasil mengalahkan lebih dari 30 petarung terkenal, setiap
pertarungan beliau selesaikan hanya dengan satu pukulan. Lawannya langsung
diangkut menggunakan usungan. Akibat peristiwa ini, dia dijuluki ‘Jenderal Tak
Terkalahkan’. Ma Yingtu juga sama-sama tak terkalahkannya mengalahkan lebih
dari 10 petarung ternama berturut-turut. Zhang Zhijiang dan Li Jinglin takut
hal ini akan menjadi hal yang sangat buruk di komunitas beladiri, akhirnya
tidak melanjutkan keikutsertaan Han dan Ma dalam kompetisi tersebut. Pada
akhirnya, Ma dan Han hanya tercatat di antara 37 nama pada divisi ‘luar biasa’
(youdeng). Zhang Zhijiang kemudian mengangkat Han sebagai kepala dalam
tugas pengajaran sementara Ma Yingtu dijadikan Kepala Bagian Pelatihan.
Dikarenakan usaha dari Han dan Ma lah, bajiquan dijadikan salah satu metode
latihan utama di Nanjing Guoshoguan. Nama-nama lain yang terkenal dan ikut
mengajar di sana seperti Wang Ziping, Tong Zhongyi, Gao Zhendong, Huang Bonian,
dan Jiang Rongqiao semuanya memiliki kekaguman atas skill yang dimiliki Han dan
Ma dan selalu merekomendasikan mereka terlebih dahulu dalam pertarungan
tantangan melawan orang luar. Menantu dari Tong Zhongyi, Li Yuanzhi mempelajari
bajiquan dari Han dan Ma, dan memujinya sebagai salah satu hal yang paling
bermanfaat dari semua hal yang pernah dia pelajari.
Pada saat itu, Ma dan
Han berwenang dalam hal sanshou (sparring), sementara Wang Ziping dan Tong Zhongyi
berwenang dalam kompetisi shuai jiao (gulat). Di awal-awal pendirian institut,
Ma dan Han merupakan kedua ‘pilar’ penyangganya. Keduanya memperoleh
kepercayaan yang tinggi dari Jenderal Li Jinglin dan Zhang Zhijiang. Han
memiliki pengaruh besar dalam penyebaran beladiri di selatan Cina.
Sampai-sampai ada ungkapan ‘bei li nan han´ yang ber arti Li (Shuwen) di
utara dan Han (Huachen) di selatan.
Pada tahun 1930, ketika
Li Jinglin dan Xu Lanzhou mendirikan Institut Guosho di Hebei, Han dan
murid-muridnya mengikuti jejak Li Shuwen dan mengajar di sana. Di saat yang
sama, Han juga mengajar beladiri pada milisi di bawah Jenderal warlord Provinsi Shandong, Han Fuju. Di Institut Guosho Shandong, dia bertemu dengan Yang Chengfu dan melakukan pertandingan persahabatan dengannya. Yang memuji
kemampuan Han, keduanya menjadi teman baik dan saling bertukar pengetahuan.
Sekitar tahun 30-an, di masa jabatannya di Institut Guosho untuk daerah
Shandong, Han meninggal akibat serangan jantung.
Kemampuan Han
diturunkan kepada kedua anaknya yaitu Han Jiequan dan Han Longquan. Begitupun
muridnya seperti Zhao Shude, Dong Yiwen, Li Xueyi, Yao Chunfu, Wei Hong’en, Wei
Hongbin, dan Zhao Ronglin. Di Taiwan, Li Yuanzhi juga mengajarkan Han bajiquan.
Cucu perempuannya, Han Zhen-ge memenangkan tempat pertama di kompertisi
Bajiquan di Changzou. Keturunan dari Han Huiqing, tinggal dan mengajar di
Zaozhuang, Shandong dan menyeberkan bajiquan aliran Han.
0 komentar:
Post a Comment