Bajiquan & Piguazhang
Mitos
yang menyatakan kalau kuda-kuda dalam bajiquan (mabu) harus dilakukan selama
berbulan-bulan sebenarnya sungguh sangat berlebihan. Dalam sistem bajiquan, praktisi
hampir secepatnya sudah bisa memulai
berbagai variasi latihan berdasarkan kuda-kuda mabu. Hal ini juga termasuk
diantaranya aplikasi dasar yang paling sederhana dalam sistem bajiquan.
Salah
satu variasi latihan kuda-kuda adalah pengembangan kekuatan tubuh saat memukul dari
postur yang relatif statis, berubah dari kuda-kuda mabu menjadi kuda-kuda busur
(gong bu, posisi di mana salah satu kaki ditekuk sedangakan kaki yang
lain diluruskan [lihat 2C]). Latihan kita mulai dengan kuda-kuda yang telah
dijelaskan sebelumnya, hanya saja satu tangan dijulurkan sedangkan tangan yang
lain disimpan di pinggang. Sikut mengarah ke bawah dan kepalan tangan agak
bolong (seperti memegang setir) dengan posisi tangan sangat rileks. Pada
gerakan pertama, gerakan dimulai dengan kaki yang memutar sehingga kuda-kuda
kaki berubah menjadi kuda-kuda busur (gong bu) sementara itu di saat yang
bersamaan, kepalan tinju tangan yang diletakkan pada bagian sisi tubuh bergerak
maju sedangkan tangan yang sebelumnya ada di depan, ditarik mundur dan
diletakkan di samping pinggang. Kemudian kembali ke kuda-kuda mabu tangan yang
dipukulkan sebelumnya direntangkan agak ke luar. Gerakan yang sama dilakukan pada
sisi yang berlawanan seperti tadi. Gerakan tubuh dimulai dari kaki, menuju
pinggang yang kemudian berputar, dengan menggunakan putaran pinggang, tangan
yang berada di samping tubuh dipukulkan sedangkan tangan yang berada di depan
ditarik ke arah samping tubuh. Gerakan lengan mirip dengan sistem katrol (lihat
gambar 2-A sampai 2-E). Gerakan ini, walaupun kelihatan sederhana namun
memiliki efek yang unik dan seringkali disalahkonsepkan sebagai latihan pukulan
biasa.
2-A |
2-B |
2-C |
2-D |
2-E |
Pertama-tama
"energi menggulung sutra" (chan si jing) dikembangkan melalui kaki,
kemudian naik menuju pinggang yang kemudian keluar melalui tangan. Pukulan yang
dilancarkan ke depan dilontarkan dengan gerakan berpusing yang berasal dari
pinggang, kaki, and tungkai. Tetapi, hal yang sama pentingnya yaitu menarik
tangan, dengan jumlah kekuatan yang sama seperti saat memukul ke depan.
Seluruh
tubuh berada dalam kondisi rileks hingga pukulan dijulurkan secara penuh dan
tubuh berada dalam posisi kuda-kuda busur. Pada saat itu, dalam satu detik
tersebut, seluruh tubuh ditegangkan, seolah tinju yang kita lancarkan melakukan
kontak dengan target yang kita bayangkan, kemudian apabila hal ini telah
dilakukan, keadaan kembali rileks (tenaga di ujung).
Pada
awalnya, latihan ini dilakukan secara perlahan. Kerapkali kita disuruh diam
saat melakukan postur 2C dan 2E untuk memeriksa apakah kita sudah melakukannya
dengan struktur yang benar dan biasanya posisi tersebut dipertahankan dalam
beberapa tarikan nafas dalam keadaan rileks. Dengan berkembangnya fondasi yang
telah praktisi lakukan, pukulan dipercepat, dari posisi kuda-kuda Mabu ke
kuda-kuda gong bu (busur), dari kuda-kuda busur kanan ke mabu, dari mabu ke
kuda-kuda busur kiri.
Mencapai
struktur tubuh yang benar melalui latihan yang kelihatannya simpel ini sangatlah
penting dikarenakan gerakan ini mencerminkan hampir semua postur dalam keadaan
bergerak dan aplikasinya. Sebagai bagian dari latihan para pengawal Chiang Kai-shek, GM Liu memaksa mereka
untuk melakukan latihan pukulan ini setidaknya seratus kali dalam 2 set latihan.
Liu melakukan latihan ini sebagai latihannya sehari-hari hingga usianya
mencapai akhir 70-an. Walaupun begitu, gerakan-gerakan ini hanyalah permulaan. Langkah
selanjutnya dalam proses pengembangan latihan, pergerakan yang dilakukan jauh
lebih dinamis daripada pergerakan di atas dengan teknik yang lebih rumit.
0 komentar:
Post a Comment