TURNAMEN LEITAI
HANGZHOU 1929
(bagian 2)
Di hari pertama pesta beladiri tersebut, para juri,
pengawas dan peserta mendemonstrasikan lebih dari 500 rangkaian jurus baik itu
tangan kosong ataupun senjata yang berasal dari berbagai disiplin beladiri
kungfu yang berbeda. Termasuk diantaranya Wudang (butong), shaolin, Xingyi,
Bagua, Taichi dan banyak disiplin ilmu beladiri lain. Demonstrasi tersebut
termasuk diantaranya kemampuan gongfu yang bersifat internal dan eksternal,
kemampuan meringankan diri (qinggong), dan senjata rahasia. Li Jinglin dan
istrinya mendemonstrasikan jurus pedang Taichi yang dilakukan secara bersamaan.
Hari ketiga menandakan dimulainya kompetisi
tarung bebas. Turnamen diselenggarakan dengan metode eliminasi dengan
pertandingan ditentukan menggunakan undian. Kontestan tidak diizinkan untuk
menyerang mata, tenggorokan dan kemaluan. Siapapun yang melanggar peraturan ini
didiskualifikasi. Atmosfer saat pertandingan sangatlah menegangkan, namun di
hari pertama lebih dari setengah jumlah peserta berhasil lolos dari turnamen.
Hal ini dikarenakan terdapat cela di dalam peraturan yaitu apabila suatu
pertandingan tidak ada yang menang dan yang kalah maka kedua kontestan berhak
maju ke babak selanjutnya. Di akhir hari pertama kompetisi, komite juri
mengganti peraturan sehingga apabila dalam suatu pertandingan tidak ada yang
menang dan tidak ada yang kalah, maka kedua kontestan akan tereliminasi dari
turnamen. Setelah peraturan diubah, para peserta pertarungan tidak sedikitpun
menahan kekuatannya dan bertarung dengan kekuatan penuh. Banyak orang terluka
di hari kedua, terutama luka di kepala. Komite juri kemudian mengumumkan
peraturan baru yang menyebutkan bahwa peserta tidak diperbolehkan untuk terus
menerus menyerang kepala. Akibatnya di hari ketiga, para peserta lebih
memfokuskan dalam menyerang bagian bawah tubuh dan keterampilan para peserta
meningkat secara drastis. Walaupun begitu, atmosfer pertandingan masih
menegangkan.
TURNAMEN LEITAI
1929 DI MATA ZHAO DAOXIN
Ada beberapa orang dari Tianjin yang
berkompetisi di Turnamen Leitai
Hangzhou, satu diantaranya adalah Zhao Daoxin yang merupakan murid dari Zhang
Zhaodong dan Wang Xiangzhai (pencipta aliran kungfu Yi Quan). Zhao yang saat
itu berumur 20 tahun dan berada di awal karir beladirinya, berhasil mencapai
posisi ke-13. Padahal diantara 30 besar petarung dalam kompetisi tersebut,
kebanyakan berusia 30 tahunan.
Zhao Daoxin merupakan murid Zhang Zhaodong dan
sangat terkenal di komunitas beladiri di Tianjin. Dia dikenal akan keganasan
serangannya dan di komunitas beladiri dia dikenal dengan sebutan ‘Lu Xun-nya
beladiri’ dikarenakan seringnya dia bereksperimen (Lu Xun adalah ahli taktik
Negara Dong Wu di bawah Sun Quan di era Tiga Negara. Lih. Kisah Tiga
Negara aka Sanguoyanyi). Pada tahun 1980, Zhao Daoxin yang saat itu
berusia 80 tahun mengajarkan apa yang dia ketahui pada Zhao Hongjun. Zhang
kemudian menjadi petarung Sanda terkenal. Dia mewarisi pukulan dan tendangan ‘berat’
yang sebelumnya dimiliki Zhao Daoxin.
Ketika ditanya tentang partisipasi Zhao Daoxin
dalam Turnamen Leitai Hangzhou, Zhang
Hongjun menunjukkan kepada reporter buku harian yang dimiliki Zhao Daoxin yang
menyimpulkan mengenai pemahamannya atas kungfu dan atas Turnamen Leitai 1929: “Tidak ada seorangpun orang asing
yang berani memasuki turnamen tersebut. Para pewaris metode pertarungan
‘ortodox’ baik itu seorang biksu ataupun ahli kungfu lokal banyak terkapar
dalam kompetisi tersebut. Walaupun setiap peserta yang mengikuti kompetisi
terdaftar sebagai praktisi beladiri tradisional, setiap dari mereka menggunakan
metode latihan sendiri dengan peralatan sendiri.”...
“Pada Turnamen Leitai
Hangzhou, tidak ada pembagian kelas berdasarkan berat. Kesemua 240 partisipan
dibagi menjadi 4 kelompok. Semua kontestan memakai jaket gaya Cina dengan
celana panjang berwarna abu-abu. Setiap peserta menggunakan ikat pinggang dari
kain berwarna merah atau putih untuk membedakan mereka. Sebelum turnamen
dimulai, nama para kontestan diganti dengan nomer yang kemudian ditempatkan
pada bola kayu. Bola kayu tersebut kemudian dimasukkan pada wadah yang terbuat
dari tembaga. Dengan diawasi supervisor, wadah tembaga tersebut kemudian
diguncangkan dan setiap pertandingan ditentukan berdasarkan urutan bola kayu
yang keluar. Di hari pertama, juri menentukan seseorang kalah apabila dia jatuh
dan tidak bisa bangun lagi atau peserta tersebut menyerah dalam pertandingan.
Di hari kedua, juri harus mengubah peraturan
diakibatkan banyaknya pertandingan yang tidak
menghasilkan pemenang. Sebagai contoh, pertandingan antara Wen Zhanfei
dan Wang Pu berakhir 10 menit tanpa adanya pemenang. Dalam kasus lain,
pertandingan antara Han Qichang dengan Gao Showu, pertandingan masih seri
bahkan setelah 60 babak (!?). Gao dan Han kemudian diberikan istirahat selama 3
menit. Mereka kemudian melanjutkan kembali pertandingan tanpa ada satupun yang
mampu saling mengalahkan satu sama lain. Hanya setelah sedikit istirahat di
babak akhir, Gao Shouwu akhirnya mampu memenangkan pertandingan dengan
tendangan. Namun ketika hal tersebut terjadi, kedua kontestan merasa sudah
sangat lelah dengan nafasnya yang tidak beraturan. Dikarenakan hal tersebut,
komite juri akhirnya mengganti peraturan dimana pertarungan akan berlangsung
selama 4 menit dengan 2 menit istirahat. Jika tidak ada seorangpun yang menang
dalam tempo kurang dari 10 menit, pertandingan akan diulangi keesokan harinya.
Selain itu, juri juga mengumumkan peraturan apabila kontestan mengabaikan
peluit wasit, mereka akan didiskualifikasi.
0 komentar:
Post a Comment