AHLI
TAIJIQUAN ALIRAN ZHAOBAO
HOU
CHUNXIU
Taijiquan diperagakan oleh Feng Zhiqiang (murid dari Chen Fake) |
Artikel di bawah
ini saya terjemahkan dari artikel berbahasa Inggris dari blog wulinmingshi yang
diposting pada tanggal 30 Desember 2008. Jika ingin melihat teks aslinya
silahkan lihat di situs di bawah ini:
Taijiquan aliran
Zhaobao adalah salah satu aliran Taichi yang telah menghasilkan master-master
beladiri kelas atas dan merupakan salah satu sistem pembelajaran Taichi yang
paling lengkap, termasuk diantaranya neigong, latihan jurus dengan berbagai
bingkai yang berbeda, begitu pula berbagai senjata. Sayangnya, karena beberapa
master beladiri ini banyak yang pindah ke barat, beladiri ini masih tetap
kurang diketahui. Salah satu cabang dari beladiri yang dibahas pada artikel ini
adalah yang berasal dari Hou Chunxiu, salah
satu master Taichi yang mempopulerkan beladiri ini di ‘rumah keduanya’. Kota Xi’an. Artikel ini merupakan kutipan dari buku karangan Lin Quanbao, murid dari Hou Chunxiu dan cucu murid dari master terkemuka lainnya yaitu Zheng Wuqing (akan diceritakan di artikel lain).
satu master Taichi yang mempopulerkan beladiri ini di ‘rumah keduanya’. Kota Xi’an. Artikel ini merupakan kutipan dari buku karangan Lin Quanbao, murid dari Hou Chunxiu dan cucu murid dari master terkemuka lainnya yaitu Zheng Wuqing (akan diceritakan di artikel lain).
“Pada tahun 1975
kami menemukan bahwa Hou Chunxiu telah pensiun dan mengajar Taichi di Xi’an. Taichi
yang Hou kuasai berasal dari Zhang Jingzhi yang merupakan keturunan dari Zhang
Yan, master generasi ke 6 dari Taichi aliran Zhaobao. Sanad keilmuannya antara
lain sebagai berikut: Zhang Yan - Zhang Han - Zhang Zinhai - Zhang Jingzhi. Hou
sangat menguasai ‘cai’ (memetik), ‘na’ (menggenggam) dan sanda. Kemampuan
tuisho-nya penuh dengan kecepatan dan beruntun. Aplikasinya pada ‘luan huan’
(lingkaran menyebar?) tidak bisa ditandingi siapapun. Pada tahun 1937, supaya
dia bisa melarikan diri dari kekacauan akibat Perang Sino-Jepang dia pindah ke
Baoji di daerah Shanxi dan mulai melakukan bisnis di sana. Selanjutnya dia
terlibat beberapa masalah dengan kepolisian di sana dan bertarung melawan
polisi hanya bersenjatakan tongkat setinggi bahu. Setelah peristiwa tersebut,
dia kemudian melarikan diri ke Xi’an. Setelah era pembebasan, dia bekerja pada
persaGuru becak. Kami kemudian mengundang Guru Hou untuk mengajar Taichi di
Xianyang. Setiap Sabtu dan Minggu beliau akan mengajar Taichi, tuisho dan sanda
di Taman Xianyang. Ketika melakukan tuisho, fajin yang dimiliki Guru Hou
sangat cepat. Ketika membuat orang terpental, gerakannya sangat ringan dan
lincah.
Ketika saya
melakukan tuisho dengan generasi yang lebih tua, biarpun mereka tidak
menggunakan terlalu banyak kekuatan mereka memiliki tenaga dalam yang luar
biasa besar.’zhan nian lian sui’ (menempelkan - melengketkan - menghubungkan - mengikuti) yang
mereka miliki, berarti kau tidak bisa maju ataupun mundur. Jika mereka
menarikmu, kau tidak punya pilihan kecuali mengikuti. Jika mereka membuatmu
terpental, kau tidak punya pilihan kecuali mengikuti keinginan mereka.
Zheng Wuqing
(ahli taichi aliran Zhaobao yang terkenal) memiliki murid bernama Liu Rui yang
ingin menguji kehebatan gurunya. Dalam suatu kesempatan, ketika Guru Zheng
tidak melihat, Liu mengeluarkan pukulan telapak tangan ke arah Ubun-ubun Guru
Zheng. Semua muridnya hanya mendengar gurunya mengeluarkan bunyi “hemph” dan
beberapa saat kemudian terlihat kalau Liu Rui roboh dengan keras di atas kasur Guru
Zheng sementara kepalanya membentur tembok (yang mana hal ini membuat kepalanya
benjol). Ada saat lain di mana Liu ingin menyerang gurunya secara diam-diam
saat mereka melakukan tuisho. Setelah mereka melingkarkan tangan mereka, Liu
mencoba menyerang ke arah tulang iga Guru Zheng dan kemudian terdengar kembali
suara “hmmph’ Liu seolah diserang petir yang ternyata ‘zhuan shen kao’ (teknik
menggunakan bahu) yang dikeluarkna oleh Guru Zheng. Pada saat itu, Liu
benar-benar dalam keadaan yang buruk hingga membutuhkan beberapa bulan untuk
benar-benar sembuh setelah serangan gurunya tersebut. Guru Zheng kemudian berkata
kepada Liu, “Jangan mencoba menyerang dengan kekuatan penuh saat melakukan
tuisho, karena jika mencoba dengan keras dan cepat, aku tidak akan bisa
menjamin keselamatanmu.” Pengalaman itu membuktikan pada kami bahwa kami tidak
boleh menyentuh Guru Zheng tanpa memberinya peringatan terlebih dahulu.
Selain itu
terdapat juga beberapa kejadian yang menunjukkan betapa hebatnya kemampuan Guru
Hou. Saya mengingat satu kejadian ketika Guru Hou sedang berjongkok di tanah
ketika sedang bermain catur dengan temannya. Kemudian salah satu temannya
menggodanya dengan mencoba mengangkatnya sembari memeluknya kencang dari
belakang. Yang terdengar kemudian hanyalah suara “hmph” dari Guru Hou dan tanpa
sadar dia memukul temannya tersebut dengan teknik ‘chuan xin zhou’ (sikut
penembus jantung). Temannya yang mencoba menggodanya tersebut roboh di atas
tanah tidak bisa bergerak. Baru setelah beberapa menit pijatan dan ‘dian
xue’(menekan titik akupuntur), orang tersebut pulih. Setelahnya Guru Hou
mengatakan “Sangatlah tidak bijak diam-diam menyerang orang secara tiba-tiba
bahkan jika hal tersebut dimaksudkan sebagai guyonan, karena jika terjadi
kesalahan fatal, seseorang bisa saja meninggal di tempat.”
Suatu kali, saya
melakukan tuisho denga Guru Hou di taman, di tepi Sungai Wei. Ketika saya
bertanya kepada Guru Hou “Apa aplikasi dari Shan Tong Bei (kilat melewati
punggung), beliau menjawab”Shan Tong Bei bisa digunakan untuk membalas serangan
dari segala arah. Ada Qin na (kuncian dan cengkeraman), cai (petikan) juga
penggunaan energi lain dalam aplikasinya. Saya kemudian bertanya, “Kenapa
disebut ‘melewati punggung’?” Awalnya saya pikir ini ada hubungannya dengan fajin
biasa. Hal itu kemudian berubah setelah Guru Hou menahan kedua tangan saya
dengan tangan kirinya, mengangkat kaki saya dengan tangan kanannya (sehingga
tubuh saya terangkat dari tanah), kemudian melempar saya melewati kepalanya!
Untungnya pasir tempat kami berdiri sangatlah tebal sehingga saya tidak
terluka, namun apabila saya mengingat kembali hal itu membuat saya keluar
keringat dingin. Bahkan lebih hebat lagi, beliau melakukan teknik tersebut saat
beliau berusia 70 tahun saat itu dan saya masih berusia 36 tahun. Hal ini
benar-benar membuktikan kekuatan, kecepatan dan ketepatan Guru Hou.
Di lain
kesempatan, ketika saya melakukan tuisho dengan Guru Hou, saya memutuskan untuk
menyerangnya dengan ‘ying mian kao’ (bahu menuju wajah). Benar-benar
mengejutkan, ketika saya hampir menyentuh tubuhnya dengan teknik yang saya
lakukan, Guru Hou memutar tubuhnya dan membuatku terpental secara diagonal
hanya dengan sedikit lambaian tangannya. Kemampuan Guru Hou seperti Ting
(mendengar), hua (perubahan), na (cengkeraman) dan fa (meluncurkan) sudah
mencapai tingkat yang luar biasa. Dia bisa mengendalikan lawan sesukanya
kapanpun dan dimanapun dia menyerang.
0 komentar:
Post a Comment