BAJIQUAN
Untuk
para penggemar beladiri pasti tau mengenai beladiri yang satu ini, apalagi yang
sering baca komik kenji.
Bajiquan
(secara harfiah berarti tinju 8 arah) adalah kungfu internal dan eksternal yang
fokus pada melumpuhkan lawan secepat mungkin melalui serangan tunggal yang
rata-rata dilakukan dalam jarak dekat. Beladiri ini fokus pada fa jing (kekuatan
ledakan) sebagai tujuan utama dalam melumpuhkan lawan, sehingga lawan mampu
dilumpuhkan atau bahkan dibunuh dalam sekali serang. Beladiri ini berasal dari
provinsi Hebei di daerah utara Cina, namun pada perkembangannya beladiri ini
juga dikenal di Taiwan (Terutama karena Grandmaster Liu Yunqiao salah satu murid
Li Shuwen). Nama penuh dari beladiri ini adalah kai men ba ji quan yang
berarti “Tinju pembuka gerbang ke delapan arah”.
Bajiquan
pada awalnya disebut bazi quan (tinju garuk). Penyebutan ini dikarenakan
tinju pada kungfu bajiquan tidak dikepalkan secara penuh dan sedikit terbuka, dan
digunakan untuk menyerang ke bawah seperti pada garuk. Bahasa ini dianggap
terlalu kasar di tempat lahirnya sehingga namanya diubah menjadi bajiquan.
Istilah
bajiquan datang kitab orang-orang agama Tao Yijing (I-Ching)
yang berarti “perpanjangan dari segala arah”, dalam hal ini menyangkut
“segalanya” atau “Alam Semesta”.
Shifu Andi Lianto salah satu ahli beladiri kungfu bajiquan yang berasal dari Indonesia |
Master
pertama yang tercatat dalam sejarah sebagai ahli kungfu Bajiquan adalah seorang muslim
bernama Wu Zhong (1712-1802). Dan ahli kungfu bajiquan yang mempromosikan beladiri ini
ke khalayak umum adalah Wu Xiufeng dan Li Shuwen yang berasal dari Chang Zhou
dan dijuluki “Dewa Tombak Li”. Li Shuwen sendiri, adalah petarung bajiquan yang
terkenal dengan ucapannya “Aku tidak tahu bagaimana rasanya memukul dua kali”,
karena kebanyakan lawannya jika tidak luka parah maka meninggal dalam sekali
pukul. Diantara murid-muridnya yang terkenal adalah Huo Dian Ge (pengawal
dari kaisar terakhir Cina, Pu Yi), Li Chenwu (pengawal Mao Zedong), dan Liu Yun
Qiao (agen rahasia Kuo Min Tang dan instruktur pengawal kepresidenan Taiwan).
Sejak awal kungfu bajiquan telah terkenal dengan reputasi sebagai kungfu “gaya
pengawal”.
Ma
Fengtu dan Ma Yingtu memperkenalkan kungfu bajiquan ke Institut Guosho Pusat (Nanjing
Guosho Guan), yang mana beladiri ini diajarkan pada seluruh murid-muridnya.
Bajiquan
sendiri memiliki hubungan dengan beladiri lainnya yaitu piguazhang. Dikatakan
kalau Wu Zhong (Master Baji pertama yang pernah diketahui) mengajarkan keduanya
sebagai dalam satu sistem pengajaran yang mana kemudian diajarkan secara
terpisah oleh Wu Rong (anak perempuan Wu Zhong), dan kemudian disatukan kembali
oleh Li Shuwen sebagai satu sistem di akhir abad ke-18. Sebagai bentuk
keefektifan kedua gaya beladiri ini (bajiquan dan piguazhang) apabila disatukan
terdapat pernyataan “Ketika pigua
ditambahkan ke baji, para dewa dan para
iblis akan ketakutan, ketika baji ditambahkan pada pigua maka para pahlawan
akan mengeluh karena tiada satupun yang mampu menandinginya”. Di antara
berbagai gaya bajiquan yang masih diajarkan saat ini antara lain: bajiquan
keluarga Han, bajiquan keluarga Huo, bajiquan keluarga Ji, bajiquan keluarga
Li, bajiquan keluarga Ma, bajiquan keluarga Qiang, bajiquan keluarga Wu (dari
liniage Wu Xiufeng), Wutan bajiquan dan Yin Yang bajiquan. Kesemua gaya bajiquan
memiliki metode latihan yang berbeda-beda namun memiliki inti yang sama.
Wu Zhong |
Dalam
strategi pertarungannya, baji terkenal dengan membuka tangan lawan secara paksa
sehingga badan terbuka lebar (qiang kai men) dan melancarkan serangan pada
daerah tengah titik akupuntur yang berada di tengah axis tubuh seperti: titik
mahkota kepala (bai hui), diantara alis, hidung, dagu, leher, antara
dada dan perut, dan kemaluan. Namun secara umum, para ahli baji memprioritaskan
serangan pada bagian atas, tengah dan bagian bawah tubuh (san pan lian jii).
Bajiquan sangat berguna pada pertarungan jarak dekat mengingat beladiri ini
fokus pada penggunaan siku, dengkul, bahu dan pinggang.
Bukti
keefektifan kungfu bajiquan menurut legenda ataupun menurut sejarah:
1. Li Shuwen dikatakan tidak pernah menyerang
lawannya lebih dari satu kali karena lawannya jika tidak luka parah maka
meninggal dalam sekali pukul.
2.
Huo Dian Ge murid tertua dari Li Shuwen dijadikan oleh Dinasti Qing sebagai
pengawal kaisar terakhir China Pu Yi
3.
Dikatakan kalau Ma Yingtu mengalahkan seratus orang lebih anggota gangster saat
dia menolong pejalan kaki di jalanan saat dia masih muda yang menyebabkan satu
persatu anggota gangster itu terlempar, sehingga dikatakan “Ma kedua [Ma
er ye] mengalahkan seluruh jalan “.
4.
Dalam kompetisi lei tai (tarung bebas) pada Oktober tahun 1928, Han Hui Qing
(pendiri bajiquan keluarga Han) mengalahkan lebih dari 30 ahli kungfu terkenal,
masing-masing hanya dengan 1 pukulan sehingga dia dijuluki “jenderal yang
tak terkalahkan”. Hal ini menyebabkan Jenderal Li Jinglin yang
menyelenggarakan kompetisi tersebut mengeluarkannya dari kompetisi, karena
ditakutkan akan menyebabkan tertumpahnya darah dalam kompetisi tersebut.
0 komentar:
Post a Comment