SHI JIDONG
‘SI KAKI MENYELINAP’
Shi Jidong (1837-1909) dikenal juga sebagai Shi
Zhenbang berasal dari Desa Xiaozhai di wilayah Ji, Provinsi Hebei. Dikarenakan
beliau merupakan anak keenam dalam keluarga, orang-orang menyebutnya Shi Liu
(enam). Beliau merupakan orang yang jujur dan lurus selain itu beliau juga
pembicara yang baik. Aslinya beliau merupakan pecinta kedamaian. Ketika ada
beberapa konflik internal, maka dia akan menjadi penengah dan memberikan solusi
terbaik terhadap masalah tersebut. Beliau memiliki usaha kilang gergaji di
bagian timur Beijing. Ketika ada pertengkaran di antara pegawai di bisnis
pertukangan kayu, dia akan dipanggil sebagai mediator.
Di masa mudanya, dia belajar tantui kepada ahli
kungfu ter kenal si ‘kaki besi’ Qin Fengyi. Dia sangatlah sungguh-sungguh dalam
latihannya, dia akan berlatih menendang sejauh 10 li (5 km) pulang pergi ke
rumah gurunya. Hanya dalam beberapa tahun, Shi
Jidong berhasil mempelajari semua hal yang diajarkan gurunya. Tidak
lama kemudian, Yin Fu ikut belajar pada Qin Fengyi sehingga Shi Jidong dan Yin Fu menjadi teman baik.
Setelah Qin Fengyi meninggal, Yin menjadi murid Dong Haichuan. Dia juga memberi
hormat kepada Dong supaya bisa dijadikan muridnya. Karena Yin telah ‘memasuki
pintu’ sebelumnya, dia menjadi murid senior Dong dengan Ma Weiqi sebagai murid
kedua sedangkan Shi Jidong sendiri
menjadi murid ketiga. Nama baguanya adalah Shi Liqing (ketika seorang murid
menjadi tudi, maka dia akan diberikan nama oleh gurunya). Pada saat itu,
kemampuan beladiri Dong Haichuan sudah benar-benar terkenal di ibukota.
Beladirinya yaitu baguazhang terkenal akan langkah kaki yang lincah dan
perubahannya yang cepat. Semua ahli kungfu datang untuk menantangnya namun
tidak ada satupun yang mampu menyamainya.
Shi sangat berdedikasi akan latihannya. Beliau
akan berlatih setahun penuh tanpa jeda apapun cuacanya dan sudah menjadi habit
bagi dirinya untuk melakukan jalan melingkar dengan lutut menekuk sehingga
bokong beliau lebih rendah dari lututnya sendiri. Dia selalu berlatih hingga
keringat bercucuran dari tubuhnya.
Shi Jidong merupakan petarung yang terampil,
terutama serangan kakinya yang hampir tidak mungkin untuk diantisipasi. Ahli
kungfu selainnya menyebut dirinya sebagai ‘zei tui Shi liu’ (Shi keenam
si kaki menyelinap), seluruh saudara seperguruannya mengagumi kemampuannya.
Dong Haichuan sendiri sangat menyayangi Shi dan mengangkat istri Shi sebagai
anak angkatnya. Di masa tua Dong Haichuan, Shi
Jidong merawatnya sendiri di rumahnya. Dong Haichuan sendiri
menganggap Shi Jidong sebagai
menantunya sendiri. Setelah Dong
Haichuan meninggal, Shi mengatur pemakaman untuk beliau dan mendirikan sebuah
tugu untuk mengenangnya.
Setiap pagi, Shi
Jidong akan berlatih di bawah tembok kota timur. Di rumahnya dia
menyembunyikan slingshot (semacam ketapel yang dilempar). Dia sangat
mahir dalam menggunakan senjata tersebut sehingga tidak pernah meleset
sekalipun. Suatu hari, sekumpulan perampok bersembunyi di bukit-bukit dekat
daerah Beijing dan merampok orang-orang yang melewati bukit tersebut. Petugas
berwenang setempat tidak mampu mengatasi mereka.dan meminta kepada Shi Jidong untuk membantu mereka. Shi Jidong
kemudian berhasil menangkap 11 orang pemimpinnya dan meratakan markas mereka.
Pemerintahan Qing kemudian memberikan penghargaan kepada Shi dengan gelar ‘liu
pin ding dai’, menyebabkan dia menjadi sangat terkenal. Suatu hari, seorang
ahli beladiri yang menguasai telapak pasir besi (salah satu dari 72 metode
latihan shaolin) datang mengunjunginya. Shi dan murid-muridnya menyambut ahli
kungfu tersebut di pintu ruangan dan membimbingnya ke dalam rumah. Ahli telapak
pasir besi tersebut kemudian berniat menunjukkan kehebatannya dengan
menggosokkan tangannya ke tugu yang tepat berada di samping pintu. Murid-murid Shi Jidong yang ada di belakangnya terbelalak
melihat hasil dari sentuhan ahli kungfu tersebut membuat seluruh batu batanya
hancur. Setelahnya Shi Jidong dan
ahli kungfu tersebut saling
memperkenalkan diri, dan ahli kungfu tersebut meminta untuk melakukan sebuah
pertarungan. Shi Jidong kemudian
menyuruh muridnya Yang Rongben untuk menyanggupi keinginan ahli kungfu
tersebut. Yang kemudian memenuhi permintaan gurunya dan memberi hormat kepada
lawannya. Ahli kungfu tersebut kemudian menyerang menggunakan pukulan lurus
yang dibalas oleh Yang Rongben dengan berputar dan kemudian menggunakan teknik baibu
dan menyapu kakinya membuatnya tersungkur. Shi
Jidong kemudian menyuruh murid-muridnya untuk membantu temannya
bangun. Ahli kungfu tersebut kemudian pulang dalam keadaan malu. Setelahnya,
saksi mata yang melihat kejadian hancurnya batu bata tadi, mengatakan kepada Shi Jidong mengenai peristiwa tersebut. Shi Jidong kemudian mengatakan,”Metode
tersebut (telapak pasir besi) untuk menambah kekuatan tangan dan memperkeras
kulit memiliki tempatnya tersendiri sebagai sebuah keahlian. Sangatlah susah
untuk menang melawan orang seperti itu kecuali kita menyandarkan diri pada
keterampilan (maksudnya skill
dan kelincahan daripada kekuatan)”
Shi Jidong mengalami sakit parah dan kemudian
memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Murid-muridnya mengiringinya
hingga ke stasiun keretea. Saat itu, medis tidak semaju sekarang, Shi Jidong tidak mampu diselamatkan.Shi tidak
memiliki anak laki-laki dan menjadikan keponakannya sebagai pewarisnya. Ribuan
orang datang saat pemakamannya.
0 komentar:
Post a Comment