LEGENDA KUNGFU: WAN LAISHENG

Posted by



WAN LAISHENG

Di artikel sebelumnya, saya telah menceritakan kalau legenda KUNGFU Liu Baichuan diceritakan memarahi Wan Laisheng karena kurangnya rasa hormat Wan Laisheng terhadap Yang Chengfu yang jauh lebih tua darinya. Kali ini, saya akan menceritakan mengenai siapa Wan Laisheng itu dan bagaimana dedikasinya terhadap KUNGFU Cina. Berikut ini cerita mengenai Wan Laisheng yang saya ambil dari http://www.naturalstylekungfu.com. Cerita ini diceritakan oleh Nan Lu dan kemudian ditulis dan diterjemahkan oleh Bob Feldman (dengan beberapa perubahan supaya bisa dimengerti dan memberi kenyamanan pada pembaca).
Wan Laisheng melakukan split

Wan Laisheng, Legenda Hidup Kungfu Cina
Pada tahun 1930-an, Cina berada dalam periode transisi. Dengan didirikannya pemerintahan Republik (setelah runtuhnya Dinasti Qing), Cina yang pada asalnya didominasi oleh perintah-perintah orang asing, tiba-tiba melompat jauh ke abad 20. Di tengah mundurnya komunitas yang memiliki nilai kebudayaan selama 5000 tahun tersebut, pengaruh dari dunia modern perlahan mulai muncul. Pengaruh dari pemikiran lama dan pemikiran baru terdapat di mana-mana. Kadang saling bersinergi, kadang saling bersitegang.
Di Provinsi Hebei, tersebutlah seorang ahli KUNGFU muda bernama Wan Laisheng yang diundang untuk mengajar di sekolah wushu. Usianya yang masih sangat muda namun dengan level keahliannya yang tinggi membuatnya menjadi figur yang sangat kontroversial sehingga berbagai ahli KUNGFU datang untuk menantangnya. Suatu hari di aula utama tempat berlatih para murid, datanglah seseorang yang memakai baju biarawan. “Saya mencari yang namanya Wan Laisheng,” kata si biarawan. “Dia adalah ahli KUNGFU muda yang menulis buku tentang wushu ini.”
Biksu tersebut memiliki penampilan yang sangat mengesankan. Tingginya lebih dari  6 kaki, lebih tinggi dari orang Cina kebanyakan. Selain itu, dia juga membawa Chanzhang tradisional atau “sekop biksu” (saya pribadi tidak tahu bentuknya seperti apa). Bahkan di saat seperti itu, hanya sedikit individu yang seperti biksu tersebut. “Beritahukan kepadanya, saya sudah datang jauh-jauh dari Hunan (Henan) untuk bertemu dengannya. Saya telah membaca bukunya dan tertarik untuk mendiskusikan beladiri dengannya.”  Ketika dia mengatakan hal tersebut, dia melemparkan “sekop”nya yang beratnya lebih dari 50 kg tersebut ke lantai dari aula tempat latihan tersebut. Bagian tajam dari sekop tersebut dengan mudahnya menembus lantai tersebut dan membuat Changzhang tersebut berdiri secara vertikal. Para murid dari aula tersebut merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Bahkan dengan bahasa dari biksu tersebut yang terkesan sopan, mereka menyadari kalau dia serius untuk bertarung.
Master Wan Laisheng kemudian muncul. Orangnya tinggi dan kurus dan dari penampilannya kelihatan kalau di masih sangat muda. Dia lebih terlihat seperti murid daripada seperti guru. Sang biarawan tersebut tersenyum kemudian berkata, “Saudara Wan, anda tampaknya jauh lebih muda dari apa yang saya bayangkan. Saya datang jauh-jauh dari Henan setelah membaca buku yang anda tulis. Sangat sulit bagi saya untuk percaya bahwa orang semuda anda memiliki reputasi yang luar biasa. Saya ingin merasakan ‘gaya alami’ yang anda kuasai (maksudnya KUNGFU ziranmen yang Wan Laisheng kuasai).”
Master Wan menyadari kalau dia sedang ditantang, kemudian menerima tantangan tersebut dan berkata, ”Apa anda akan bertarung dengan tangan kosong atau menggunakan senjata?” Si Biksu kemudian menjawab, “Saya membawa senjata saya sendiri seperti yang anda lihat.” Sembari menunjuk chanzhang yang telah dia bawa. “Dan senjata apa yang akan anda gunakan Saudara Wan?”  
“Saya tidak akan menggunakan senjata. Saya pikir anda akan dapat lebih merasakan rasa dari gaya alami jika saya tidak menggunakannya.”
“Baiklah”  ujar si biksu tersebut. Dia kemudian tersenyum dan mencabut Chanzhang yang menancap di lantai aula latihan.
Master Wan berdiri sekitar 9 kaki dari biksu tersebut. Si biksu kemudian berniat menggunakan salah satu teknik favoritnya yaitu teknik  “lembu baja membajak tanah”. Dalam teknik ini, bagian tipis dari mata pisau sekop tersebut digunakan untuk mengeruk tanah dengan maksud untuk melukai kaki lawan. Kalau lawan menghindar dengan melompat, dia akan terkena serangan saat di udara dikarenakan sekopnya juga akan ikut diangkat naik.
Ketika biksu tersebut baru akan melancarkan serangan, master Wan telah melompat ke udara dan menendang biksu tersebut di titik akupuntur yang terletak di antara kedua matanya. Biksu tersebut kehilangan kesadarannya dan roboh. Beberapa saat kemudian, dia bangun dalam keadaan linglung dan menyadari kalau Master Wan berdiri di depannya.
“Apa anda tidak apa-apa?” tanya Master Wan sembari membantunya bangun.
“Saya kira begitu Master Wan. Terima kasih telah menunjukkan kepada saya kemampuan anda. Saya sadar kalau anda mau, anda sudah membunuh saya barusan dan bahkan anda tidak menggunakan seluruh kemampuan anda. Saya telah bertarung dengan orang dan tidak pernah kalah. Sungguh benar kalau anda petarung yang hebat.”
Hal ini merupakan cerita yang sangat terkenal mengenai guru pertama saya Wan Laisheng yang telah menjadi legenda tersendiri. Sampai saat ini, beliau masih hidup dan telah berusia 88 tahun. Beliau masih menjadi contoh yang mengesankan dari tradisi beladiri orang-orang taois.
Master Wan Lai Sheng dilahirkan di Provinsi Hebei dan saat ini, tinggal di Kota Fuzhou, Provinsi Fujien, di daerah Cina Selatan. Beliau merupakan ahli KUNGFU generasi ke-tiga dari beladiri ziranmen atau “gaya natural” taois.
Dari pernyataan di atas, kita dapat menyimpulkan kalau hanya ada 4 generasi hingga Master Wan sendiri menyalurkan ilmunya tersebut pada muridnya. Semua praktisi KUNGFU ziranmen generasi keempat semuanya merupakan murid dari Master Wan Laisheng. Karena kesanadannya yang hanya berasal dari 1 jalur, orang-orang banyak yang tidak mengenali tentang sistem beladiri yang beliau ajarkan. Namun jika nama beliau disebutkan di depan para ahli KUNGFU Cina, maka mereka akan mengenalinya baik itu guru ataupun murid beladiri.
Generasi Pertama
Master pertama dari KUNGFU ziranmen adalah Xu An Zhu. Karena beliau sangat pendek, beliau disebut “Xu Ai Zhai” (Xu si orang pendek). Hanya sedikit yang diketahui mengenai asal-usul beliau, kecuali kalau beladiri yang beliau pelajari berasal dari tradisi beladiri orang-orang Tao. Master Generasi ke-dua adalah Du Xinwu. Berbeda dengan gurunya Xu An Zhu, master Du Xinwu sangat terkenal dikarenakan beliau adalah pengawal dari presiden pertama Republik Cina Sun Yat Sen. Di Cina, beliau biasa disebut dengan sebutan “Nan Bei Da Xia” yang bisa diartikan sebagai “Pahlawan Hebat atas Utara dan Selatan”. Master Du terkenal akan kemampuannya dalam pertarungan dan merupakan praktisi qi gong, kemampuannya dikatakan hampir seperti kisah-kisah ajaib. Walaupun beliau sangat terkenal, muridnya satu-satunya hanya Wan Laisheng.
Master Wan memulai karir beladirinya saat beliau berusia 17 tahun. Saat itu, beliau kuliah di Universitas Agrikultural Beijing mengikuti keinginan orang tuanya yang menginginkan beliau untuk mengejar pendidikan modern. Master Wan merupakan murid yang cerdas dan murid yang baik namun beliau juga sangat kuat. Beliau sangat tertarik untuk mempelajari beladiri, namun studinya dalam bidang akademik menahannya untuk memenuhi keinginannya tersebut.
Dengan didirikannya Republik Cina, banyak konsep-konsep barat diterapkan dan departemen pendidikan fisik didirikan di universitas di mana pelatihan beladiri ditawarkan. Master Wan memulai belajar beladiri pertama kali di bawah bimbingan master Zhao yang merupakan ahli kungfu Liuhemen (Gerbang Enam Harmoni) yang merupakan beladiri kungfu shaolin. Selain itu, Master Zhao juga merupakan direktur dari “Qien Ei Wei”, Lembaga Kepolisian dan Keamanan Kota Beijing. Master Zhao sangat tertarik pada Master Wang dikarenakan beliau tidak hanya cerdas namun juga cepat menguasai pembelajaran.
 
Du Xinwu
Pertemuan dengan Du Xinwu
Dikarenakan Master Wan yang tidak hanya kuat namun juga memiliki badan yang lentur, beliau dengan cepat menguasai latihan yang diberikan kepadanya. Master Zhao sangat menyukai Master Wan dan seringkali membicarakan tentang KUNGFU Cina dengan beliau. Walaupun Master Du tidak menerima murid, Master Zhao merasa kalau Master Wan pasti tertarik untuk bertemu dengannya sehingga Master Wan diinstruksikan untuk pergi ke rumahnya Master Du dan memperkenalkan dirinya sebagai murid dari Master Zhao. Pada saat itu, Master Wan sudah mengetahui mengenai kemampuan dan keahlian dari Master Du dan pada saat bertemu dengannya beliau meminta untuk dijadikan murid. Master Du tersenyum dan menjawab kalau Master Wan pasti sudah salah. Master Du mengaku kalau dirinya tidak tahu apa-apa tentang beladiri dan Master Wan harus mencari orang lain untuk mengajarkannya. Master Wan sangat kebingungan dengan pernyaaan beliau ini. Master Wan kembali ke kediaman Master Zhao dan menjelaskan kepadanya tentang apa yang terjadi di rumahnya Master Du Xinwu. Master Zhao kemudian tersenyum, “Beliau (Du Xinwu) merupakan ahli kungfu yang hebat namun beliau hanya mengetesmu. Ahli kungfu yang hebat memang biasanya mengaku tidak tahu apa-apa tentang beladiri. Ini merupakan tanda kerendahan hati beliau. Hingga sekarang, beliau tidak pernah memiliki murid namun jika kau berhasil belajar padanya, maka hal tersebut merupakan keberuntungan yang sangat besar. Cobalah untuk bertemu dengannya lagi!”
Master Wan dengan gigih kembali mengunjungi kediaman Master Du hingga beberapa kali. Menyadari kegigihannya, hati Master Du kemudian luluh dan menyadari akan potensi dan kesungguhan hatinya. Beliau kemudian menerima Master Wan Laisheng sebagai muridnya dan mengatakan, “Aku adalah satu-satunya murid dari guruku, dan kau akan menjadi murid pertama dan murid terakhirku.”
Master Wan belajar kepada Master Du selama 7 tahun. Setelah menyelesaikan latihannya, Master Wan memenangkan Turnamen full-kontak Seluruh Cina pertama (Leitai 1928) di Nanjing. Tidak hanya menempati urutan pertama dalam pertarungan tersebut, namun beliau juga satu dari beberapa orang yang masih hidup setelah kompetisi tersebut. Turnamen tersebut dihentikan pada tahun 1930 dikarenakan banyaknya orang yang meninggal. Hal ini dikarenakan tidak digunakannya peralatan pengaman dalam pertarungan tersebut dan aturannya sangat longgar. 

Gelang logam yang dipakai untuk melatih tangan pada kungfu ziiranmen
Gaya Alami/Aliran Natural
Apa yang Master Wan pelajari dari Master Du dinamakan ziranmen atau gaya alami. Ziranmen merupakan sistem beladiri tenaga dalam lengkap yang merupakan tradisi orang-orang taoisme baik itu dalam penggunaan tangan kosong ataupun senjata. Kunci dari ziranmen adalah latihan tenaga dalam. Dengan melatih tenaga dalam, kekuatan eksternal (otot, tulang dan urat) akan menjadi sangat kuat. Kaki dilatih dengan berjalan melingkar menggunakan posisi kuda-kuda yang rendah dan semakin rendah ketika latihan berlanjut. Cara berjalan ini hampir mirip dengan cara berjalan dalam Baguazhang namun cara melangkah dan cara penggunaan beban dilakukan dengan cara yang berbeda. Tipe latihan ini, memberikan kepada murid fondasi dan akar yang kuat. Master Wan dapat melakukan berbagai macam bentuk teknik di bawah meja dikarenakan kakinya yang kuat dan kuda-kudanya yang rendah. Kekuatan kedua tangan dilatih dengan memakai gelang logam yang berat sembari melakukan beberapa macam teknik pelatihan. Tidak ada rangkaian jurus pada sistem beladiri ziranmen namun tetap memiliki banyak teknik dan banyak sistem pelatihan qigong. Ziranmen menekankan pada kelembutan dan kecepatan. Semakin rendah murid berjalan, semakin hebat pula kekuatan dan qi (chi) yang dia miliki. Pukulan pada musuh terasa seperti lontaran baja atau lontaran pegas.
Setelah beberapa tahun latihan, perubahan akan terjadi pada tubuh praktisi tersebut. Kulit menjadi lebih mulus dan otot menjadi lebih lembut. Persendian menjadi lebih lentur dan mata terlihat lebih tenang dan damai, kecuali ketika pertarungan dimana mata tesebut berubah menjadi buas dan waspada.  
Pada tahun 1928, Master Wan menulis buku yang berjudul “Wushu Hue Zhung” atau bisa diterjemahkan sebagai “Fokus Mendasar dari Beladiri Cina”. Buku ini dianggap sebagai salah satu catatan penting di era modern mengenai KUNGFU Cina dan hingga sekarang masih dicetak. Pada buku ini, beliau menjelaskan mengenai perbedaan beladiri internal (yang fokus pada pengembangan tenaga dalam) dan eksternal, latihan teknik pada ziranmen dan hubungannya dengan taoisme. Beliau juga menjelaskan tentang perbedaan jenis wushu (beladiri Cina) yang mampu mengembangkan berbagai jenis energi dan strategi yang berbeda dalam pertarungan. Beliau selalu mengutip ucapan Master Du, “ziranmen (gaya alami) selalu bergerak, tidak pernah berhenti. Kau tidak akan mampu menemukan awal dan akhir. Perubahan yang terjadi bersifat tidak terbatas baik itu yang bersifat negatif ataupun positif (yin dan yang) menyebabkan petarung menjadi satu dengan Tao.”
Lima Harimau
Fu Zhensong, salah satu dari 5 harimau yang pergi ke selatan
Walaupun guru dari Master Wan yang paling terkenal adalah Master Du Xinwu, master Wan belajar wushu, qi gong dan TCM (Traditional Chinese Medicine) kepada lebih dari 10 ahli beladiri taois. Terima kasih pada raihan gelar juara yang telah beliau peroleh, bukunya, dan kemenangan atas banyaknya tantangan dari para ahli KUNGFU, beliau menjadi terkenal di seantero Cina. Beliau kemudian diundang untuk mengepalai akademi beladiri yang baru didirikan di Guangzhou (Kanton). Sejak Guangzhou merupakan kota yang terkenal dengan tradisi beladirinya, hal ini dianggap penghinaan oleh ahli beladiri setempat. Master Wan adalah orang luar yang berasal dari utara. Dengan kedatangan Master Wan ke Guangzhou, pembangunan sekolah tersebut terhambat akibat banyaknya ancaman dari para ahli beladiri apabila sekolah tersebut dirampungkan. Untuk mengatasi hal ini, Master Wan kemudian mengeluarkan tantangan terbuka untuk siapapun yang tidak berkenan dengan didirikannya sekolah tersebut. Selama dua bulan, penantang datang hampir setiap hari dan semuanya bisa dikalahkan. Ketika tidak ada seorangpun lagi yang maju untuk menantangnya, konstruksi bangunan akademi beladiri tersebut berhasil diselesaikan. Di kemudian hari, Master Wan dikenal sebagai “Lima Harimau”, sebutan yang diberikan bagi 5 ahli kungfu utara yang datang ke selatan untuk mengajar di tahun 1930 (salah satunya Fu Zhensong telah diceritakan di artikel sebelumnya).
Di masa era Perang Dunia II, Master Wan melatih tentara dalam pertarungan tangan kosong. Beliau kemudian disetujui untuk menduduki pangkat Jenderal dan bahkan menjadi pengawal dari Gubernur Fujian di masa itu. Selain itu, sebagai salah satu orang yang ahli dalam pengobatan tradisional Cina, beliau membantu  banyak orang meraih kesehatannya kembali. Walaupun beliau menarik upah dari orang yang mampu membayarnya, beliau selalu memberikan upah tersebut pada orang yang membutuhkannya. Karena kedermawanannya inilah, beliau sangat disukai oleh rakyat biasa.
Karena popularitas dan kemasyhurannya di antara orang banyak, Master Wan berhasil bertahan saat terjadinya Revolusi Komunis dan menjadi kepala juri saat Kompetisi Wushu seluruh Cina pada tahun 1952. Beliau tetap menjabat sebagai Profesor dalam bidang wushu di Universitas Agrikurtural Fujien hingga beliau pensiun sebelum Revolusi Budaya. Seperti banyak ahli KUNGFU tradisional lainnya, beliau dipenjara saat revolusi budaya. Walaupun saat itu beliau berada di usia pertengahan 60-an, kekuatan dan vitalitas yang beliau miliki membuatnya berhasil bertahan dari penjara dan siksaan yang terjadi.
Setelah beliau dibebaskan dari penjara, beliau kembali ke Kota Fuzhou dimana saya menjadi tudi beliau (murid sejati). Baru-baru ini, Master Wan menjadi tajuk pembicaraan pada jilid terdepan artikel pada majalah Jianshin, majalah beladiri paling terkenal di Cina. Bahkan pada usianya yang ke 88 tahun, beliau dianggap sebagai salah satu harta karun nasional Cina yang paling penting. 

Mengenai pengarang: Nan Lu memulai belajar beladiri pada usia 7 tahun. Guru pertamanya adalah Wan Laisheng. Beliau tinggal di New york dan mengajar qigong taois dan beladiri internal. Bob Feldman adalah ahli bedah tulang yang menghabiskan 20 tahun hidupnya melakukan studi terhadap beladiri Cina.     


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 01:07

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ARTIKEL LAINNYA

Powered by Blogger.

Footer 3

Footer1

FOOTER 2