WANG ZIPING
Dikarenakan
kisah mengenai WANG
ZIPING yang terdapat di internet sudah menyebar luas dan tidak
jarang kalau kita membaca artikel mengenai WANG ZIPING di internet dari 2 buah situs yang
berbeda, kita akan menyadari kalau kisah WANG ZIPING yang dituturkan hampir sama, maka
di artikel kali ini, saya akan mengisahkan kisah WANG ZIPING dalam isi tulisan
yang berbeda. Artikel pertama (yang kali ini saya tulis) saya ambil dari http://www.glenridgemartialarts.com,
sedangkan artikel kedua (akan diceritakan dalam artikel selanjutnya), saya ambil dari situs kungfumagazine
berdasarkan wawancara atas cucunya sendiri (Wu Xiaogao alias Grace Wu). Semoga dengan
tulisan ini kita akan memperoleh pengetahuan dengan sudut pandang yang lebih
variatif mengenai dia ini (WANG ZIPING).
“WANG ZIPING
dilahirkan pada tahun 1881, tahun dimana Cina dipimpin kaisar terakhirnya dengan
keadaan politik tidak menentu. Dia memulai latihan kungfunya pada usia 6 tahun
dan mulai menjadi ahli dalam berbagai aliran kungfu. Dia sangat ahli dalam
berbagai senjata. Selain itu dia juga ahli dalam qinna (manipulasi persendian), shuai
jiao, pertarungan bebas, qigong keras,
qigong lembut dan ilmu meringankan
diri. Tidak hanya ahli dalam beladiri, WANG ZIPING ini juga ahli dalam traumatologi. Dia
mengkombinasikan kemampuan qinna yang
dia miliki dengan kemampuan membenarkan susunan tulang. Dia merupakan pelopor
pengembangan sistem yang sekarang dikenal sebagai metode perawatan cedera untuk
berbagai olahraga dan wushu di daerah Cina Utara. Saat dia masih hidup, dia
pernah menjabat sebagai ketua divisi shaolin di Institut Guoshu Pusat dan
pernah pula menjabat sebagai wakil ketua Asosiasi Chinwu (didirikan oleh Huo
Yuanjia), salah satu organisasi beladiri kungfu terbesar Cina (saat ini sudah
menyebar hampir di lebih dari 50 negara). Tidak hanya itu, beliau juga terkenal
sebagai penasihat sebagian besar rumah sakit yang ada di Cina saat itu. WANG ZIPING
hidup hingga usianya 93 tahun dan meninggal pada tahun 1973.
WANG ZIPING
dilahirkan di Provinsi Hebei , di sebuah kota yang yang bernama Cang. Walaupun begitu,
kota ini lebih dikenal dengan penyebutan Cangzhou. Di masa lalu, Cangzhou
merupakan kota yang terisolasi. Jika musim kering terjadi, maka Cangzhou akan
seperti padang pasir. Di saat musim hujan, air dari Sungai Kuning akan
membanjiri kota tersebut hingga 200 km dari tepi sungai. Namun kemudian, sebuah
kanal dibangun (sehingga air sungai tidak meluap) dan kanal tersebut melewati
kota Cangzhou. Hal ini dikarenakan secara geografis Cangzhou terletak di antara
Kota Beijing dan Sungai Kuning.
Di masa
selanjutnya di tahun 1800-an, dikarenakan posisi Cangzhou yang dilalui kanal
tersebut, Cangzhou menjadi pelabuhan sungai yang terkenal. Namun sesungguhnya,
bukanlah fakta tersebut yang menjadikan kota Cangzhou sangat tersohor. Yang
menjadikan Cangzhou sangat terkenal sesungguhnya adalah fakta bahwa hampir
setiap keluarga di Cangzhou berlatih wushu (kungfu). Di komunitas beladiri,
Cangzhou terkenal dengan julukan sebagai “Sarang Wushu”. Di sepanjang sejarah, dari
satu generasi ke generasi lainnya, berbagai cerita mengenai ahli kungfu
legendaris selalu datang dari area ini (Ingat, ahli beladiri seperti Li Shuwen,
WANG ZIPING,
Ma Yingtu, Ma Fengtu, Han Huiqing, dan Wu Zhong semuanya dari kota ini).
WANG ZIPING dilahirkan
di kota Cangzhou, dari etnis minoritas yang bernama Hui. Kebanyakan orang-orang
Hui beragama Islam dan sangatlah logis apabila anak-anak muslim banyak yang ke
mesjid untuk bersekolah secara gratis. Hal ini sangatlah lumrah di keluarga
muslim, terutama untuk anak-anak yang tidak mampu memasuki sekolah umum yang
memiliki biaya masuk yang mahal. Akibat dari hal ini, banyak anak-anak Hui yang
pintar berbahasa Arab! WANG ZIPING dilahirkan di keluarga muslim yang
taat dan lingkungan keluarga beladiri yang penuh disiplin. Maka tidaklah heran
apabila dia bukan hanya seorang ahli kungfu, namun juga seorang cendekiawan
(ulama) yang sama hebatnya.
Baik
itu ayah dan kakek WANG ZIPING adalah seorang ahli kungfu yang
terkenal. Hal ini sangatlah ironis mengingat pada awalnya, ayah WANG ZIPING
tidak mengizinkan anaknya tersebut untuk mempelajari kungfu. Ayahnya tersebut
beralasan bahwa anaknya tidak memiliki kriteria fisik yang cukup dan mempelajari buku serta kemampuan berbisnis
dinilai lebih berpeluang untuk masa depannya. Ayahnya ingin supaya WANG ZIPING
tidak seperti keluarganya terdahulu yang memiliki taraf ekonomi yang tidak
terlalu baik.
Dikarenakan
Wang sering mengamati kakek dan ayahnya di saat mereka berlatih kungfu,
tidaklah heran kalau tumbuh keinginan di dalam hatinya untuk mengikuti mereka
berdua dan ingin seperti mereka. Bahkan jika ayahnya tidak menyukai pilihan WANG ZIPING
tersebut! Dengan dukungan dari ibunya, dia berlatih kungfu secara
sembunyi-sembunyi. Berkat tekad kerasnya dan hasratnya yang kuat, dia berhasil
menjadi ahli kungfu yang luar biasa.
![]() |
Salah satu cuplikan gambar video Wang Ziping saat mengajar (kalau ingin tahu, lihat youtube) |
Pada
usia 6 tahun, ketika ayahnya menolak keinginannya untuk berlatih kungfu, Wang
pergi ke luar batas desanya untuk berlatih kungfu tanpa seorangpun
mengetahuinya. Dia kemudian menggali lubang di tanah dan mulai meniru latihan
melompat yang dilakukan ayah dan murid-muridnya. Selama beberapa jam dia
menghilang, ibunya yang merasa khawatir akan menghilangnya anak tersebut. Hingga
akhirnya ibunya menemukannya, menangis terisak-isak dan memeluknya. Dengan air
mata bercucuran, ibunya kemudian berkata, “Nak, jika kamu ingin berlatih,
berlatihlah. Ibu akan memberikan makanan untukmu. Tapi kamu harus ingat kamu
harus gigih dan tekun. Janganlah kamu ‘memiliki kepala harimau, namun memiliki
ekor ular’. Ibu percaya kamu akan menjadi ahli kungfu yang hebat.” Dengan
dukungan ibunya tersebut, dia berlatih siang dan malam. Semakin dia tumbuh,
semakin dalam dan lebar pula lubang yang di gali. Hanya dalam beberapa tahun, WANG ZIPING
mampu melompat sejauh 10 kaki ke depan, dan 8 kaki ke belakang. Dengan mudahnya,
dia sudah mampu melompati pagar. Semakin bertambah usianya, maka semakin paham
pulalah WANG
ZIPING akan kungfu yang dia pelajari. Dia sangatlah paham kalau
master-master terdahulu menjadi legenda dikarenakan latihan Beidougong dan Lushuigong. Kedua latihan tersebut sendiri bukanlah latihan khusus,
namun lebih pada waktu latihan dilakukan. Beidou
secara harfiah berarti lubang besar, maksudnya adalah waktu malam ketika bintang-bintang
bertaburan di langit. Sedangkan Lushui
berarti saat fajar menyingsing yang menyiratkan kalau keduanya adalah waktu
tepat saat berlatih wushu. Tidak hanya latihan rutin bersama ayahnya, WANG ZIPING
juga menambah latihan sesuai dengan waktu-waktu tersebut sendirian, hanya
dengan ditemani selimut langit dan bintang-bintang di angkasa.
Semakin
WANG ZIPING
bertambah usianya, semakin bertambah pula determinasinya untuk mencapai puncak kemampuannya.
Untuk menambah skill dan kemampuannya
secara signifikan, dia menambah porsi latihannya. Dia akan tiarap ke tanah
dalam posisi tubuh seperti melakukan push
up, dan dengan posisi tersebut dia melompat-lompat ke tempat latihannya
sejauh 3 km. Kalian tahu di mana dia biasa latihan? Di pohon di dekat kuburan Desa
Ma yang merupakan desa tetangga !
Wang
tahu, kalau latihan wushu tidak hanya latihan teknik dan kungfu saja, namun
juga latihan keberanian dan kekuatan. Kuburan merupakan tempat yang tepat untuk
latihan. Di siang hari saja, hampir tidak ada seorangpun yang mampir ke sana,
apalagi malam hari. Kuburan dan pepohonan tidak hanya merupakan tempat latihan
yang sempurna, namun juga memiliki peralatan latihan alam yang memadai.
Di jalan
menuju kuburan tempat dia latihan, terdapat sebuah sungai. Wang biasa
menyeberangi sungai tersebut dengan berenang sambil membawa batu untuk menambah
kekuatan dan daya tahan tubuhnya. Selain itu, dia juga biasa latihan berjalan
sambil membawa batu di sungai tersebut, untuk melatih ‘akar’ (maksudnya bagian
bawah tubuh) dan mengembangkan keseimbangan
tubuhnya. Ketika dia kembali dari kuburan, dia akan kembali merangkak dalam
posisi push up sembari melakukan
lompatan-lompatan dalam posisi tersebut.
Di awal
latihannya, ketika dia pulang latihan, ayahnya akan mengunci gerbang masuk ke
pintu halaman, yang mengindikasikan kalau ayahnya tidak menyetujui tindakan WANG ZIPING
tersebut. Wang akan kemudian melompati pagar setibanya di rumah, terus seperti
itu hingga di kemudian hari dia mampu melompati pagar tersebut dengan mudahnya,
lalu kemudian di mengendap-endap ke tempat persembunyian dimana ibunya menempatkan
bekal makanan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Diam-diam Wang kemudian pergi
ke kamarnya dan tidur di atas batang kayu yang berada di atas tempat tidurnya,
untuk mengembangkan sensitivitas-nya terhadap keseimbangan tubuhnya di saat dia
tertidur pulas. Beberapa jam kemudian fajar tiba dan dia akan bangun serta
melanjutkan latihannya.
Di usianya
yang ke 16 tahun, Wang telah menjadi terkenal akan kekuatan tubuhnya. Hingga di
kemudian hari, orang-orang menjulukinya dengan sebutan “Raja 1000 Pon dengan
Kekuatan Arwah” akibat kekuatannya yang luar biasa tersebut. Di dalam
aplikasinya, dia bisa keras, namun bisa juga lembut. Selain itu dia juga bisa
melompat tinggi dan melompat jauh. Tidak hanya itu, dia juga bisa menerapkan ti, da,
shuai, dan na sesuka hati. Salah satu sejarawan kungfu Cina Tang Hao, menulis
mengenai WANG
ZIPING, “WANG ZIPING adalah orang yang luar biasa dari
Cangzhou. Dia mewarisi kemampuannya dari keluarganya. Dia ahli dalam baji,
pigua, taichi, chaquan, huaquan, hongquan dan paquan...Dia bisa mengangkat
beban sebesar 1000 pon (500 kg) dan dikenal dengan ‘Orang Kuat 1000 Pon’, namun
lebih dari itu, dia lebih ahli dalam wushu (kungfu). Pada tahun ke-8 di era
republik (1918), dia mengalahkan orang kuat yang mengklaim dirinya sebagai orang
terkuat di dunia...Saya memiliki kesempatan untuk bertukar teknik dengannya di
saat saya bertugas sebagai wasit di kompetisi nasional. Jujur saja, hanya
menyebutkan WANG
ZIPING hanya sebagai orang kuat tidaklah cukup...”
WANG ZIPING
dilahirkan di era kehancuran Dinasti Qing. Dia berhasil mempertahankan dirinya
di 2 era perang. Yang pertama di era perang sipil Cina, yang kedua di era Perang
Dunia ke II, dan hidup di masa dimana banyak negara merendahkan Negara Cina. Dia
bertahan di era tersebut, tidak hanya sebagai orang kuat, namun juga sebagai
patriot yang terkenal. Waktu demi waktu, dia mengalahkan berbagai
penantang-penantang asing di dalam tantangan baik itu yang bersifat resmi
ataupun tidak. Sikap patriotik dan kemampuan kungfunya tersebar luas di Cina. Pada
tahun 1928, ketika Institut Guoshu Pusat dibentuk, dia diundang untuk menjadi
ketua di divisi shaolin.”
0 komentar:
Post a Comment