PENUTURAN GRACE WU ATAS KAKEKNYA WANG ZIPING (4)

Posted by



KARIR BELADIRI WANG ZIPING
 
“Wang Ziping dilahirkan pada tahun 1881 di Cangshou, Provinsi Hebei yang dianggap sebagai ibukotanya beladiri. Baik itu ayah dan kakeknya adalah ahli beladiri yang diakui. Kekuatan dan kisah hidup dari Wang Ziping sangatlah legendaris. Namun sebenarnya, keterkenalannya saat ini, tidak datang dengan begitu mudah. Bahkan ketika usianya 6 tahun, Wang Ziping terlalu kecil dan terlalu lemah untuk belajar beladiri baik itu kepada ayahnya ataupun kepada pamannya. Mereka berdua berpikir, kalau Wang Ziping tidak cukup kuat untuk belajar wushu. Tapi untungnya, dunia memiliki keseimbangan dan keajaibannya sendiri. Ibunya mengatakan kepadanya, “Jika kau menyukai beladiri, berlatihlah dengan keras. Kau pasti akan menjadi sangat hebat. Tapi, janganlah engkau menjadi seperti kepala harimau dan ekor ular. Konsistenlah.”


Wang Ziping
Dengan semangat yang didorong oleh ibunya sendiri, Wang Ziping mengambil langkah pertama untuk karir beladirinya. Pertama, dia menggali lubang untuk berlatih lompatan. Seiring dengan berjalannya waktu, lubang yang dia gunakan akan semakin dalam dan lebar. Melalui latihannya ini, Wang Ziping bisa melakukan lompatan ke depan sejauh 10 kaki dan ke belakang sejauh 8 kaki dari posisi berdiri statis. Tidak hanya itu, Wang juga mengembangkan berbagai metode latihan lainnya. Sebagai contoh, dia menanam sebuah pohon di depan rumahnya sehingga dia bisa melompatinya setiap kali dia pergi atau pulang ke rumahnya. Selain itu, dia menyimpan batu ke dalam kolam sehingga dia bisa mengembangkan kekuatannya tanpa diketahui oleh orang yang melihatnya yang berpikir kalau Wang terlalu kecil dan lemah. 
 
Wang ZIping menggunakan senjata "sekop biksu"
Ketika usianya 16 tahun, Wang telah menjadi terkenal akan kekuatannya di seluruh desa tempat dia tinggal dan di area-area di sekitarnya. Suatu hari, desa tetangga mengadakan kompetisi angkat beban. Setelah tidak ada satupun orang yang mampu mengangkat sebuah beban seberat 215 pon (105,75 kg), Wang Ziping mencoba mengangkat beban tersebut dan dalam percobaan pertama yang dia lakukan, batu berat tersebut berhasil diangkat ke udara hingga beban tersebut berada di atas kepalanya. “Wow!” kata semua orang dengan kagum. Anak muda yang menjadi panitita kompetisi tersebut, kemudian menghampirinya dan bertanya “Bisakah anda memberitahu kami nama anda dan darimana anda berasal?” Wang Ziping, dengan rendah hati menjawab, lalu kemudian, ketua panitia tersebut menganggukan kepala dan mengatakan “Oh, itu sebabnya ada catatan tertulis di sini. Tolong bacakan!” Semuanya kemudian terdiam ketika seorang kakek membacakan catatan tersebut. “Kami berharap untuk menjalin persahabatan dengan adanya kompetisi ini.”  “Siapapun yang mampu mengangkat beban ini, akan dihadiahkan beban tersebut, kecuali Wang Ziping.” Banyak orang yang tertawa setelah membaca catatan tersebut. Setelahnya, banyak orang yang mendatangi Wang Ziping supaya bisa mengetahui, apa yang dia lakukan setiap hari sehingga mampu melakukan hal tersebut. 

Dikarenakan kekuatannya, Wang Ziping dikenal dengan sebutan Qianjin Wang (Rajanya Seribu Pon). Benar-benar kehormatan mendapat julukan seperti itu. Di Shandong hingga hari ini, orang-orang masih mengisahkan kisah Wang Ziping seperti misalnya, kisah Wang Ziping ketika menghentikan kincir batu di Sumur Harimau Hitam di Jinan menggunakan sebelah tangan. Namun, tentu saja keterkenalannya tersebut membuat banyak orang ingin menantangnya. Seorang perwira tentara Jerman, sangat marah ketika mendengar kisah mengenai Qianjin Wang. Dia tidak percaya kalau orang Cina “Si Orang Sakit dari Asia” mampu melakukan hal-hal yang luar biasa seperti itu. Untuk menantang Wang Ziping, perwira tersebut meletakkan batu bulat seberat 400 pon (200 kg) di tengah rel stasiun Jaoji.
(bersambung...)       


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 05:04

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ARTIKEL LAINNYA

Powered by Blogger.

Footer 3

Footer1

FOOTER 2