TINGGAL DENGAN WANG ZIPING
“Kakekku
Wang Ziping (lih. LEGENDA KUNGFU: WANG ZIPING) adalah praktisi beladiri yang luar biasa dan figur patriotik yang
dihormati dan dicintai oleh khalayak secara umum. Lagi dan lagi, sepanjang
hidupnya di mewakili negara melawan dan mengalahkan berbagai
penantang-penantang asing baik itu petinju, pegulat asing, dan petarung karate.
Di terkenal di seluruh Cina akan kekuatan dan kemampuan beladirinya. Selain itu
dia juga terkenal akan kemampuannya sebagai dokter ortopedis tradisional Cina yang
terkenal. Bahkan ketika usianya 80 tahun-an, tubuhnya benar-benar kuat. Tulang
di bawah alisnya benar-benar terlihat menonjol dan matanya tersimpan di dalam
kelopak matanya yang dalam.
Walaupun
dia orang Cina asli, dia kelihatan seperti orang asing. Lebih kelihatan kebarat-baratan
daripada orang yang berparas oriental pada umumnya. Matanya kelihatan berkilau, bersinar setiap
saat. Ditambah dengan janggut peraknya yang menjuntai ke bawah, bagaikan air
terjun yang mengalir ke dasar. Pembawaannya yang unik dan karismatik, secara
otomatis membuatnya dihormati orang disekitarnya. Ketika dia tersenyum, aku
sadar kalau aku aman dan dicintai.
Saat
itu, aku terlalu muda untuk bertingkah seperti orang dewasa. Setiap malam, Wang
Ziping akan kedatangan tamu penting dari berbagai penjuru. Sampai para tamu
tersebut pergi, aku tidak bisa tidur. Walaupun begitu, aku pasti tetap akan
mencoba untuk tetap tidur. Namun, bahkan jika aku tertidurpun, aku akan
tertidur dimanapun di luar kamar. Bisa saja aku malah tidur di atas sofa,
kursi, atau bahkan di atas lantai. Aku masih ingat, bagaimana dengan lembutnya
kakekku akan menggendongku dan menidurkanku di atas kasur, hampir setiap hari
dalam beberapa tahun pertama aku tinggal bersamanya. Kurasa, akan lebih adil
kalau aku mengatakan aku lebih seperti teman baginya di siang hari, dan
pelindung yang lembut dan penuh cinta di malam hari.
Karena
kami berbicara dalam dialek yang berbeda, seringkali dalam percakapan pertama
kami kami berusaha menjelaskan satu sama lain mengenai apa yang kami bicarakan.
Suatu kali, kakekku memintaku untuk membawa mangkuk dan soda untuk mencuci, dan
hal ini benar-benar memberikan kenangan yang tak terlupakan. Pada saat itu, aku
tidak tahu kalau kakek menginginkan sabun untuk mencuci piring, dan
perkataannya tentang mangkuk benar-benar asing bagiku. Kakek melihat kalau
ekspresiku benar-benar kebingungan. Beliau kemudian tersenyum, lalu kemudian
berusaha menjelaskan menggunakan dialek Shanghai. Namun, perkataan yang keluar
justru malah keluar dalam aksen utara yang benar-benar berat. Seolah beliau
seperti orang Cina yang sedang menyanyi lagu opera Italia. Lalu kemudian beliau
membuat bentuk melengkung menggunakan tangannya, yang membuatku mengerti kalau
dia menginginkan sebuah mangkuk. Untuk memenuhi permintaan kakek tersebut, aku
dengan tergesa-gesa turun ke loteng bawah dan dalam versi percakapanku yang
sedikit kelihatan tersiksa, aku meniru perkataan kakekku di hadapan bibiku. Bibi
kemudian tertawa dan berkata, “Oh, itu yang beliau inginkan?” Seringkali kakek
merasa terhibur atas usahaku yang berusaha untuk berbicara dan memenuhi
permintaannya. Namun, aku merasa sedikit aneh karena setidaknya selama 2 bulan,
kami berbicara seperti ini secara terus menerus.
Hidup
sangatlah susah di masa itu. Namun, kesusahan dan kesulitan melahirkan ikatan
yang benar-benar kuat antara aku dan kakekku. Seiring dengan berjalannya waktu,
kami tidak hanya saling mengerti satu sama lain, namun kami juga berhasil
menciptakan keharmonisan diantara kedua jiwa kami. Kakek memiliki selera humor
yang tinggi, dan seringkali kami tertawa bersama-sama. Ketika umurku mulai
bertambah, daripada tertidur pulas seperti biasanya, aku akan menunggu
berjam-jam hingga akhirnya para tamu tersebut mulai meninggalkani rumah. Aku hanya
bisa mengeluarkan ekspresi nakal, ketika akhirnya penungguanku membuat para tamu
tersebut menyelesaikan urusannya. Melihat ekspresiku tersebut, kakek biasanya
tertawa, namun sebisanya, beliau akan mencoba menyembunyikan ekspresinya
tersebut sehingga para tamu tidak mendengarnya. Beliau selalu memperlakukan
orang-orang di sekitarnya dengan sangat baik. “
(bersambung...)
Lanjutan : PENUTURAN GRACE WU ATAS KAKEKNYA WANG ZIPING (4)
Sebelumnya: PENUTURAN GRACE WU ATAS KAKEKNYA WANG ZIPING (2)
Lanjutan : PENUTURAN GRACE WU ATAS KAKEKNYA WANG ZIPING (4)
Sebelumnya: PENUTURAN GRACE WU ATAS KAKEKNYA WANG ZIPING (2)
0 komentar:
Post a Comment