[LANJUTAN DARI PENUTURAN GRACE WU ATAS KAKEKNYA WANGZIPING (5)]
Wang
Ziping , tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia kemudian berkata “Kungfu Cina
itu kaya dan beragam. Jangan pernah kau merendahkan kami orang asing.”
Orang-orang yang mengerumuni merekan kemudian berteriak, “bagus, tunjukkan
kepada mereka kekuatanmu.” Ketika hal itu terjadi, maka pertarungan berubah
menjadi pertarungan demi kehormatan negara. Wang Ziping, menundukkan badannya
kepada orang-orang, berbalik, lalu kemudian dengan kedua tangannya, dia
menggenggam batang bambu tersebut, lalu kemudian mengangkat batu tersebut. Orang-orang
menyemangati Wang Ziping.
Wang,
kemudian melempar barbel tersebut ke udara dan kemudian menangkap beban
tersebut dengan menggunakan kakinya. Dia kemudian memanggil 6 orang anak muda
yang langsung memenuhi panggilannya. Satu orang, kemudian berbaring di atas
barbel tersebut, menghadap ke arah luar, dengan ditopang barbel tersebut dan
tangan Wang Ziping sendiri. Tiga orang lagi, kemudian menaiki punggung Wang
Ziping dan saling menaiki punggung satu sama lain. Dua orang yang lain, kemudian
berdiri di atas batang bambu. Mereka meniru Luohan Batu (lih. LUOHANQUAN) dan Burung Phoenix Membentangkan
Sayapnya. Suara tepukan tangan, kemudian terdengar keras dan lama, dan
orang-orang Jerman tersebut pulang dengan menundukkan kepala. Pintu mesjid
tersebut akhirnya berhasil diselamatkan.
KEMAMPUAN KUNGFU DAN WUDE
Kakekku
sering mengatakan kepadaku, “Ahli beladiri, harus siap siaga dan selalu
waspada.” “Bagaimana caranya?” tanyaku kepadanya. Beliau kemudian menjawab,
“Kamu harus belajar dengan cepat, apa yang sebenarnya terjadi ketika kamu
memasuki ruangan. Selalu lihat, di mana arah pintu keluar dan jendela.
Janganlah kamu berdiri membelakangi pintu ataupun membelakangi kerumunan. Untuk
jaga-jaga apabila sesuatu yang buruk terjadi.” Ketika kakek masih muda, dia
seringkali membawa pedang kecil di lengan bajunya. Ketika kami berjalan-jalan
di lingkungan sekitar rumah kami, beliau seringkali membawa tongkat berjalan
yang ujungnya telah dilapisi dengan besi.
Saat
kami berjalan-jalan, beliau biasanya akan melakukan langkah cepat, lalu
tiba-tiba menusukkan tongkatnya tersebut ke arah pohon di sisi jalan. Ketika beiiau
pertama kali melakukan itu, aku bertanya kepadanya kenapa dia melakukan itu,
beliau menjawab sambil tersenyum, “Oh, ini kakek lakukan supaya orang-orang
tahu kalau kakek siaga setiap saat.”
Di
kemudian hari, aku mengerti kenapa kakek tidak pernah kalah dalam pertarungan
sekalipun seumur hidupnya, dikarenakan beliau selalu waspada. Namun, apa yang
membuat kenapa kakek dihormati oleh banyak orang, bukan hanya karena kekuatan
supernya atau kemampuan kungfunya yang luar biasa, namun juga dikarenakan
beliau menerapkan standar wude
(moral) yang begitu tinggi. Murid-muridnya yang terdahulu, sangat senang
menceritakan cerita mengenai kontes kekuatan antara dia dengan penantangnya,
yang justru seringkali berakhir dengan pertemanan di antara kedua orang
tersebut.
Suatu
hari, kompetisi gulat diadakan di Zhang Jia Kou. Biasanya, kompetisi ini
diadakan sekali dalam setahun. Hanya pegulat-pegulat terbaiklah yang mampu bertanding
di kompetisi tersebut. Semua orang tahu, kalau Guru Hong merupakan pegulat
terbaik pada even tersebut, dikarenakan hampir selama 18 tahun, tidak ada orang
yang mampu membuat tubuhnya menyentuh tanah. Beberapa ahli kungfu, kemudian
mengundang Wang Ziping untuk melakukan gula di kota tersebut. Sesampainya Wang
di kota tersebut, beliau meminta untuk melihat latihan pagi yang sering
dilakukan oleh Guru Hong. Guru Hong sendiri memilik postur yang tinggi dan tubuh
yang kekar. Tubuhnya keliharan seperti menara baja. Setelah menyempatkan diri
melihat beliau latihan, Wang Ziping kemudian berkata kepada tuan rumah, “Saya
akan dengan sangat terhormat melakukan hal tersebut, namun saya membutuhkan
setidaknya 3 bulan. Setelah itu, saya akan kembali.” Semuanya saling melihat
satu sama lain dan menyangka kalau Wang Ziping ketakutan melihat Guru Hong, dan
menggunakan alasan tersebut untuk pergi...
0 komentar:
Post a Comment